Jin De Yuan, Klenteng Tertua di Jakarta yang Sempat Rusak Parah Saat Tragedi Tahun 1740
Tahun 1740 klenteng ini turut dirusak dalam peristiwa pembantaian terbesar etnis Tionghoa dalam sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia.
Editor: Malvyandie Haryadi
Keempat klenteng tersebut adalah Klenteng Goenoeng Sari, Klenteng Toa Peh Kong (Ancol), Klenteng Jin De Yuan, dan Klenteng Hian Thian Shang Tee Bio (Palmerah).
Konon katanya asal-muasal istilah klenteng berasal dari Wihara Jin De Yuan ini.
Yu ie mengungkapkan bahwa memang ada hubungannya istilah klenteng dengan Wihara Jin De Yuan.
"Asal-muasal kenapa bisa menjadi kelenteng itu karena banyaknya etnis Tionghoa yang berasal dari suku Hokkian. Suatu saat mereka bertanya lokasi wihara ini dengan bertanya kepada orang asli Betawi kota. Ketika orang Betawi bertanya "Cim, mau ke mana?" Lantas etnis Tionghoa tersebut menjawab "Ke Kuan Im teng". Mereka mendengarkan seperti kata "ke len teng".
Mulai dari sinilah akhirnya masyarakat sekitar mengenalnya sebagai klenteng.
Di ruang tengah klenteng terdapat banyak patung Buddhis yang berasal dari sebelum tahun 1740.
Dalam gedung samping kiri terdapat kamar-kamar para rahib.
Nama mereka tertulis pada lempeng batu.
Di dalam kamar pertama terpasang altar paling tua dari seluruh isi klenteng.
Klenteng Jin De Yuan ini juga terdapat sebuah lonceng buatan tahun 1825 di pojok kanan halaman belakang yang merupakan lonceng tertua di Jakarta.