Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mitologi Gerhana Matahari Yang Hidup di Masyarakat Indonesia

Meski tidak akan terungkap kebenarannya, mitos tetap bisa mewarnai, melengkapi dan memperkaya daya pikir

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Mitologi Gerhana Matahari Yang Hidup di Masyarakat Indonesia
Pixabay
Ilustrasi 

Dalam Bab VI Adiparwa disebutkan, seorang raksasa yang merupakan anak Sang Wipracitti dan Sang Singhika berubah wujud menjadi dewa dengan meminum air amerta. Sang Hyang Aditya (Dewa Matahari) dan Sang Hyang Candra (Dewa Bulan)yang mendahului ulah raksasa pun mengadukannya kepada Dewa Wisnu.
2. Mitologi Jawa

Dalam mitologi Jawa, Rau disebut sebagai Batara Kala. Meski demikian, dalam naskah Jawa Kuno Adiparwa berangka tahun 998 Masehi yang diduga sebagai naskah tertua di Tanah Air yang menceritakan mitologi gerhana, sang raksasa pemakan matahari atau bulan itu tidak bernama. Tidak disebut sebagai Rau, Rahu, ataupun Batara Kala.

Dalam Bab VI Adiparwa disebutkan, seorang raksasa yang merupakan anak Sang Wipracitti dan Sang Singhika berubah wujud menjadi dewa dengan meminum air amerta. Sang Hyang Aditya (Dewa Matahari) dan Sang Hyang Candra (Dewa Bulan) yang mengetahui ulah sang raksasa pun mengadukannya kepada Dewa Wisnu.

Sewaktu air amerta memasuki kerongkongan raksasa, Dewa Wisnu memenggal lehernya. Badan raksasa yang belum terkena air amerta mati dan jatuh ke tanah, teronggok bagai puncak gunung. Saat tubuh raksasa itu mengempas tanah, terjadilah gempa bumi saking beratnya bangkai badan sang raksasa.

3. Mitologi Bali

Gerhana Matahari Total (GMT) akan terjadi Rabu 9 Maret 2016 lusa. Munculnya fenomena alam langka itu, bertepatan dengan perayaan Nyepi Tahun Cak 1938.

Mengulas mengenai Gerhana Matahari, dalam mitologi pun menguraikan hal tersebut.

BERITA REKOMENDASI

Ketua PHDI Provinsi Bali, Gusti Ngurah Sudiana menuturkan, dalam berbagai literasi (bacaan) terutama Adi Parwa menyebut, jika awal mula adanya Gerhana Matahari adalah dengan adanya pembagian Tirta Amerta (Air Suci) yang dibagikan oleh para Dewa.

Dalam pembagian Tirta Amerta itu, para Raksasa mendengar dan ingin mengambil Tirta. Dengan begitu, terjadilah perebutan Tirta antara para dewa dan raksasa.

Perebutan ini tidak dilakukan dengan peperangan antara Dewa dan Raksasa. Melainkan, para Raksasa menyamar menjadi seorang Dewa, saat para Dewa hadir untuk mengambil pembagian Tirta.

Dalam pembagian itu, para Dewa membawa sehelai daun, yang ukurannya hampir sama. Berbeda dengan Raksasa Kalarau, yang membawa Daun berukuran cukup besar untuk mengambil jatah Tirta Amerta.

Tak pelak, dengan apa yang dilakukan oleh Raksasa Kalarau yang menyamar dan membawa daun besar itu, menimbulkan kecurigaan bagi para Dewa.


Dua dewa, yakni Dewa Surya dan Dewa Bulan mencurigai bahwa Dewa yang membawa daun besar bukanlah sebenarnya Dewa.

Atas hal itu, Dewa Surya dan Dewa Bulan melaporkan kejadian itu kepada Dewa Indra. Dewa Indra yang sudah mengetahui kebenaran itu akhirnya memberikan laporan ke Dewa Wisnu.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas