Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mitologi Gerhana Matahari Yang Hidup di Masyarakat Indonesia

Meski tidak akan terungkap kebenarannya, mitos tetap bisa mewarnai, melengkapi dan memperkaya daya pikir

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Mitologi Gerhana Matahari Yang Hidup di Masyarakat Indonesia
Pixabay
Ilustrasi 

Julak Larau, panggilan akarabnya mengatakan mitos-mitos terutama masih berlangsung di wilayah hulu sungai, bahkan hingga kini.

Mitos-mitos terutama berkaitan dengan hal-hal buruk dan marabahaya di luar saat gerhana matahari berlangsung.

"Jadi kalau gerhana matahari dulu harus di dalam rumah. Tidak boleh keluar. Mitosnya macam-macam bentuknya. Ada yang menyebut buta kalau melihat langsung, penyakit akan datang, tidak ada udara di alam luar saat gerhana dan masih banyak lagi," ujarnya.

Mitos seperti itu masih ada hingga kini terutama di masyarakat yang masih tingal di pehuluan dan sinkritismenya masih tinggi.

"Terutama di masyarakat yang masih hidup dengan budaya perpaduan antara kaharingan dan Islam yang kuat seperti dI daerah hulu," ujarnya.

Namun demikian, dari kajiannya selama ini munculnya mitosmacam itu sebenarnya memiliki tujuan untuk mengingatkan terutama pada anak kecil akan sejumlah efek negatif melihat gerhana matahari secara langsung.

"Beberapa penelitian menunjukkan melihat gerhana matahari secara langsung dengan mata telanjang memiliki efek tidak baik untuk mata. Sebenarnya mitos tadi muncul di masyarakat tradisional untuk menghindari itu. Secara logika kan begitu," ujarnya.

Berita Rekomendasi

Beda dengan masyarakat Banjar secara umum dimana nilai religius Islami yang kental seperti di Banjarmasin dan Martapura, gerhana matahari sendiri banyak dimaknai dengan cara religius pula.

"Nah kalau masayarakat Banjar sendiri, lebih banyak mengaitkan gerhana matahari dengan religi islami."

"Dilakukan salat gerhana, berzikir dan sebagainya saat terjadi gerhana matahari. Mitos-mitos sendiri tidak begitu kuat," ujarnya.
Sementara itu, Dosen Fisika FKIP Untan, DR Leo Sutrisno mengungkapkan, pada tahun 1983 di Kalbar juga pernah ada sejumlah mitos saat terjadinya Gerhana Matahari.

Di antaranya, melihat bayangan gerhana di air yang ditempatkan dalam ember.

Bahkan, menurut kisahnya di sejumlah perkampungan juga ada warga yang memukul sejumlah benda, yang diharapkan dengan bunyi-bunyian tersebut, matahari yang ditelan dapat dimuntahkan raksasa atau naga.

"Mitos menurut saya, suatu catatan masa lalu oleh orangtua, bisa jadi peristiwa-peristiwa itu dampaknya memang terjadi di masyarakat," ungkapnya, Selasa (8/9/2016) malam.

Mungkin, lanjutdia, kebetulan pada saat itu, misalkan ada ibu hamil yang keguguruan. Hal itu bisa saja disebabkan karena suasana tiba-tiba gelap, lantas terkejut.

"Tapi karena belum bisa menjelaskan secara rasional, dibuatlah cerita-cerita itu untuk memudahkan menjelaskan saja," pungkasnya.

Dengan begitu, tak jarang warga melarang kaum ibu yang sedang mengandung untuk tidak keluar rumah. (Berbagai Sumber)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas