Huta Batak, Suasana Tempat Ini Seakan Antarkan Wisatawan ke Masa Ratusan Tahun Silam
Pohon yang ada di tempat ini dijadikan simbol pengawal desa sebagai tempat mamele (berdoa pada penghuni alam gaib).
Editor: Malvyandie Haryadi
Patung ini mempunyai sejarah tersendiri, menurut cerita rakyat Batak, Sigale gale adalah anak seorang raja.
Adapula Pangulubalang yang merupakan benda berupa patung yang konon katanya sudah diberi kekuatan mistis.
Fungsinya sebagai panglima untuk melindungi dan memberi kesejahteraan kepada kampung atau marga.
Menurut keterangan yang tertulis di plat, keyakinan setempat pangulubalang sebagai penjaga yang mampu mengusir roh jahat yang ingin masuk ke dalam huta (kampong).
Huta Batak juga dirimbuni dengan Pohon Hariara yang terletak di sebelah Pangulubalang.
Pohon ini sangat erat kaitannya dengan adat Batak, karena sering ditanam sebagai tanda pembatas antara satu huta dengan huta yang lain, bahkan dijadikan simbol pengawal desa sebagai tempat mamele (berdoa pada penghuni alam gaib).
Tidak hanya itu pohon ini bisa juga sebagai tanda kepemilikan satu wilayah atau sebagai lambang bagi satu klan/marga, atau bahkan sebagai saksi dalam perjanjian antar komunitas.
Tidak ketinggalan, replika makam batu.
Replika kuburan ini mengikuti bentuk kuburan kepala-kepala suku yang berusia ratusan tahun juga dipajang di kawasan Huta Batak.
Makan ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa banyak peninggalan Batak yang berasal dari zaman batu (megalithikum).
Menurut penjaga museum, merupakan kehormatan jika seseorang dikuburkan di dalam batu.
Keranda dari batu ini berbeda dengan keranda yang terbuat dari kayu yang ditanam di dalam tanah.
Sedangkan keranda batu diletakkan di atas tanah, keranda batu dibuat dari sebuah batu yang besar dan utuh.
Dalam perkembangannya, sejak masuk teknologi campuran semen ke tanah Batak, pembuatan keranda batu ini sudah tidak lagi menggunakan batu besar.