Pembuatan keranda ini menggunakan campuran semen yang dibentuk menyerupai keranda batu zaman dulu dan namanya disebut simin.

"Semua bangunan ruma, poso, makam hingga kursi batu merupakan replikan peninggalan suku Batak sejak ratusan tahun lalu. Hal ini tentunya untuk mengenalkan kembali budaya Batak pada masyarakat, menumbuhkan rasa keterikatan dengan budaya lokal," katanya.

Elfa Harahap, pengunjung, menuturkan, suasana Huta Batak mengantarkan wisatawan ke masa ratusan tahun lalu.

"Berada di Huta Batak bak menumbuhkan jiwa nasionalisme dan rasa cinta terhadap suku sendiri, rasa bangga dan peduli tentang sejarah semakin bertambah. Huta Batak,di TB Silalahi Center layak menjadi destinasi anak muda. Jangan hanya traveller melihat pemandangan, melihat kekayaan budaya lokal juga layak jadi destinasi," jelasnya.

Komplek TB Silalahi Center di Kota Balige dapat dicapai dari Kota Medan dengan waktu tempuh 6-7 jam perjalanan.

Anda bisa memanfaatkan penerbangan menuju Bandara Silangit di Tapanuli Utara kemudian melanjutkan perjalanan darat menuju Desa Soposurung Balige sekitar 2 jam.

Bagi anda yang datang dengan bus atau angkutan umum bisa berjalan kaki dari simpang Pagar Batu sekitar 300 meter.

Untuk masuk ke dalam museum ini, Wisatawan cukup membayar sebesar RP 10.000 saja untuk dewasa, dan Rp 5.000 untuk anak-anak. Dan rombongan mahasiswa yang memiliki surat tugas Rp 7500.

(Sil/tribun-medan.com)

Caption foto

Foto 1: Wisatawan tampak mendokumentasikan keindahan Rumah Adat Batak di Huta Batak, TB Silalahi Center, Balige

Foto 2,3: Pangulubalang yang merupakan benda berupa patung yang konon katanya sudah diberi kekuatan mistis

Foto 4,5: Replika makam batu, bentuk kuburan kepala-kepala suku yang berusia ratusan tahun

Foto 6: Rumah adat yang berada di pintu gerbang Huta Batak