Festival Budaya Indonesia di Salatiga: Aksi Lompat Batu Nias hingga Berbalas Pantun
Tahun ini peserta pawai budaya tidak hanya pamer kostum adat, melainkan juga atraksi atau permainan tradisional dari daerahnya masing-masing.
Editor: Malvyandie Haryadi
Tak hanya di Bundaran Kolaka, peserta pawai juga unjuk kebolehan permainan tradisional ini di dua titik lainnya, yaitu di Jalan Kartini dan depan hotel Mutiara.
Selain barisan 19 etnis, pawai juga dimeriahkan dengan drumblek, reog dan topeng ireng.
Pawai Budaya IICF ini dibuka secara resmi oleh Wali Kota Salatiga Yuliyanto, didampingi Rektor UKSW John A.Titaley dan Kapolres Salatiga AKBP Yudho Hermanto.
Dalam sambutannya Rektor UKSW, John A. Titaley menyampaikan rasa syukurnya karena festival perayaan budaya dapat kembali diselenggarakan di kampus UKSW.
Pawai seperti ini sudah diadakan UKSW sejak tahun 1975, dan sekaligus menjadi sebuah kesempatan untuk membagikan keberagaman budaya di dalam UKSW pada masyarakat.
"Pawai festival budaya Indonesia dan Internasional ini diselenggarakan untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa mahasiswa yang belajar di UKSW berasal dari berbagi daerah," kata John A. Titaley.
Dalam kesempatan tersebut, John juga berpesan kepada seluruh perwakilan etnis yang terlibat dalam IICF 2016 ini untuk senantiasa menjaga kesantunan dan perdamaian sehingga masyarakat dapat memahami keberadaan UKSW yang pluralis.
"Belum lama ini, Salatiga telah memperoleh predikat kota paling toleran. Hal ini tentu tak lepas karena peran UKSW dengan pluralitasnya, kita perlu mendukung kerukunan tersebut," imbuh John.
Kompas.com/Syahrul Munir