Sensasi Menyantap Ulat Sagu Hidup-hidup, 'Isi Perutnya Pecat di Dalam, Mulutnya Menggigit Saya'
Ulat sagu merupakan salah satu binatang khas Provinsi Papua. Binatang menyerupai larva ini dikonsumsi karena kaya akan protein.
Editor: Rendy Sadikin
Beberapa orang di sekitar saya sebelumnya mengingatkan supaya bagian kepala jangan dimakan, tapi saya pilih sekalian saja.
Beberapa kali saya kunyah, di dalam mulut rasanya perut ulat itu pecah.
Rasanya sedikit manis di lidah saya, meski beberapa kali juga saya mengecap rasa hambar.
Kemudian, saya merasa lidah dan bagian dinding mulut seperti ada yang menggigit.
Mungkin karena kepala ulat itu saya makan.
Tak lama, kepala ulat itu pun saya kunyah.
Kriuukk. Rasanya sedikit asin.
Binatang itu kemudian saya telan.
Ulat sagu merupakan larva dari kumbang merah kelapa yang hidup di batang sagu yang membusuk.
Bahasa ilmiahnya, hynchophorus ferruginesus.
Masyarakat di Maluku dan Papua Barat sudah biasa mengonsumsi ulat sagu.
Ulat ini biasanya ditemukan di pohon sagu yang sudah membusuk.
Warga atau pemburu biasanya memotong pohon tersebut, kemudian mencarinya di dalam lapisan pohon.
Ulat itu berkerumun di sagu yang sudah mereka konsumsi.
Selain dimakan hidup-hidup, ulat sagu juga dapat dimakan setelah diolah dengan cara dibakar dan dijadikan sate.
Saat dijadikan sate, ulat sagu rasanya lebih kenyal dan butuh waktu lebih lama saat mengunyahnya.
Berikut videonya:
KOMPAS.com/Fidel Ali
Artikel ini sudah dipublikasikan di KOMPAS.com dengan judul: Apa Rasanya Makan Ulat Sagu Hidup-hidup di Raja Ampat?
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.