Kisah di Balik Sate Kere yang Jadi Hidangan Pernikahan Kahiyang-Bobby
Di saat para bangsa kolonial memakan sate dengan bahan dasar daging, masyarakat Indonesia makan sate kere yang terbuat dari gambus tempe.
Editor: Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sate Kere menjadi salah satu pusat perhatian diantara kuliner khas Solo.
Kuliner yang telah ada sejak zaman penjajahan ini digadang-gadang jadi salah satu hidangan dalam perayaan resepsi Kahiyang, 8 November nanti.
Saat kemunculannya sejak zaman kolonial, sate kere jadi pilihan sate untuk masyarakat Indonesia.
Di saat para bangsa kolonial memakan sate dengan bahan dasar daging, masyarakat Indonesia makan sate kere yang terbuat dari gambus tempe.
Baca: Ini Fakta-fakta Seputar Jual Beli Sabu di Rumah Wakil Ketua DPRD Bali
Bahan yang digunakan adalah tempe, tempe gembus (terbuat dari sari kacang kedelai), tetapi disatukan dengan beberapa jeroan.
Meski dibuat dari bahan yang sederhana, tetapi jangan remehkan rasanya.
Salah satu sate kere yang mahsyur di Solo ialah Sate Kere Mbak Tug. Sate kere di sini terkenal empuk dan bumbunya menyerap sempurna.
Tak heran Sate Kere Mbak Tug ini jadi salah satu langganan Presiden Jokowi.
Untuk menghidangkan sate ini, gambus tempe dan jeroan yang sudah disatukan direndam dengan campuran bumbu rempah khas.
Sehingga seluruh bumbu terasap sempurna sebelum dibakar.
Setelah itu, barulah dibakar diatas arang, seperti sate pada umumnya. Kemudian disiram dengan bumbu kacang, menyerupai bumbu pecel, tetapi lebih kental.
Baca: Dedi Mulyadi Akan Serahkan Langsung SK DPP Golkar ke Ridwan Kamil
Alhasil, citarasa yang dihasilkan ialah gurih, manis, asam, dan wangi dari daun jeruk yang ada di bumbu kacang buatan Tugiyem.
"Sate kere ini konon sudah ada sejak zaman Pasar Klewer berdiri. Kata orang dulu, sate kere ini jualnya pakai gendongan. Di atas kepala ditaruh arang bakaran. Kalau angin sedang kencang apinya nyala, jadi kadang orang kira itu kebakaran," jelas suami Tugiyem, Marimin (58) yang ditemui KompasTravel di tempatnya berjualan, Minggu (3/9/2017).
Pemilik restoran Dapur Solo, Swandani bercerita pada zaman penjajahan tersebut, akhirnya masyarakat Solo pintar mengolah limbah makanan. Kondisi serba sulit di zaman penjajahan sebelum merdeka tak membuat masyarakat Indonesia kehabisan akal.
"Contohnya sate kere, sate kere itu pakai usus, jeroan, dan tempe gambus, tempe yang dari ampas kedelai," kata Swandani.
Diolah dengan bumbu yang tepat, ternyata sate kere ini memiliki rasa dan tekstur yang menyerupai daging. "Dulu sate ini disebut sate kere karena yang makan kere-kere (miskin). Tetapi sekarang semua, mau kaya atau tidak suka makan sate kere," kata Swandani.(Muhammad Irzal Adiakurnia)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Cerita di Balik Sate Kere, Hidangan Pernikahan Kahiyang-Bobby