Rujak Belut Tengah Hutan Lamongan, Sensasi yang Bikin Ketagihan
Masakan belut bersambal mungkin sudah biasa, tapi kalau sambel rujak belut dari tentu asing bagi sebagian besar pecinta rujak atau makan.
Editor: Sugiyarto
Proses memasak rujak belut inipun, tak membutuhkan waktu lama. Pertama, menurut belut yang sudah dibersihkan dipotong kecil-kecil untuk kemudian diaduk bersama bumbu. Setelah campur dengan bumbu, kata Sulastri, belut tersebut kemudian digoreng hingga kering dan berasa renyah.
"Bumbu untuk sebelum digoreng adalah kunyit, bawang, dan kemiri," ungkap Sulastri.
Setelah digoreng kemudian disiapkan bumbu sebagai bahan sambelnya. Bumbu sambal ini diantaranya adalah cabe, tomat dan juga garam yang diakan diuleg dicobek besar bersama dengan belut gorengnya.
Setelah sambal jadi, terong mentah yang sudah dibersihkan diiris kecil-kecil dan dimasukkan dalam cobek bersama dengan belut goreng yang masih panas tadi, untuk kemudian diulek bersama sebelum disajikan.
Mahal? wow sangat terjangkau, untuk satu porso rujak belut ia mematok harga Rp 20 ribu.
Warung Sulastri, pelanggannya tidak hanya masyarakat sekitar tapi juga luar kota. Lokasi warung Sulastri yang berjarak lebih kurang 36 km dari kota Lamongan ini ternyata juga menjadi ampiran pejabat untuk sekedar melepas penat dengan makan rujak.
"Banyak juga dari luar kota seperti Krian Sidoarjo dan juga Jombang dan Nganjuk. Lamongan juga banyak," katanya.
Salah seorang pelanggan dari Jombang, Fahmi, mengaku kerap mampir ke warung Sulastri. Alasan Fahmi, bumbu rujak belut Sulastri lain dari yang lain, rasanya empuk dan gurih.
"Ini makanan beda banget," kata Fahmi.
Sementara, pelanggan lainnya, Adi Suwito, asal Kota Lamongan menyebutkan, kalau sedang rehat dan tidak ada acara selalu ingin ke warung rujak belut ini.
"Rujak belut Bu Sulastri ini makanan yang rasanya beda. Rasa itu tidak bisa dibohongi," kaga Adi.