Filosofi di Balik Sate Ceroncong, Jamuan Tamu Agung di Puri Ubud Bali
Dalam program Masakan Rumah yang tayang di Mola TV, Happy Salma dan Maya melihat proses pembuatan sate ceroncong.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Pravitri Retno W
Bagi Maya, makan adalah sebuah pengalaman multi indera, seperti sebuah presentasi.
"Bukan hanya untuk pengalaman kita yang menyantapnya, di mana kita menghargai keharmonisan pada alam, tapi juga untuk para Dewa."
"Semuanya melebur menjadi sebuah filosofi Tri Hita Karana, di mana kita menghormati keharmonisan dengan alam, dengan para Dewa, dan keharmonisan antar sesama manusia," jelas Maya.
Bagaimana cara Gung Niang mencampurkan bumbu sedikit demi sedikit, tidak dicampur sekaligus ke dalam adonan pun ada filosofinya.
"Intinya adalah keseimbangan, tidak memasukkan terlalu banyak juga tidak terlalu sedikit. Lalu mencium aromanya sambil mengaduk adonan untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik," ucap Maya.
Hal senada juga disampaikan Tjokorda Raka Kerthyasa (Tjok Ibah), ayah Maya sekaligus mertua Happy Salma.
Menurut Tjok Ibah, Sate Ceroncong yang berbentuk segitiga difilosofikan sebagai energi wanita.
Tentu masih ada banyak filosofi lain yang disampaikan Tjok Ibah kepada Maya dan Happy soal Sate Ceroncong.
Anda dapat menyaksikan tayangan Masakan Rumah episode Sate Ceroncong hanya di Mola TV baik via aplikasi maupun website Mola TV.
Apalagi kini Mola TV memiliki program Corona Care yang mengajak masyarakat lebih peduli terhadap pandemi corona.
Program ini bertujuan untuk membantu pemerintah melawan Covid-19 di Indonesia.
Anda dapat menyaksikan banyak tayangan di Mola TV dengan memberikan donasi mulai Rp 0 hingga Rp 5 juta.
Donasi ini nantinya akan disalurkan Mola TV kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Palang Merah Indonesia (PMI).
(Tribunnews.com/Sri Juliati)