Permainan Tradisional Jambi Ago Gilo, Boneka yang Bisa Memberontak Hingga Peserta Terlempar
Saat Ago Gilo memberontak dan terlalu dekat ke penonton, para pawang pengawas mengibas-ngibaskan kain hitam mereka agar si boneka menjauh.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Boneka Ago Gilo ini kemudian dipegang oleh 2 orang, sedangkan 2 orang lainnya berjaga-jaga menggunakan seutas kain di tangan.
Kemudian sang pawang membacakan seutas mantra yang sekilas terdengar seperti bahasa Melayu, namun cukup sulit dicerna artinya.
Baca juga: 7 Tarian Tradisional Indonesia dalam Uang Baru 2022
Dalam proses pembacaan mantra itu, boneka Ago Gilo digoyangkan ke kanan dan ke kiri.
'Jangan lah janji kepada kito, ayam puit terbang ke muko, ibu ibuko makan padi, tak baik menjanji uko, jadi serambi makan dadih, Hop!'
Dengan teriakan tersebut, permainan Ago Gilo resmi dimulai.
Boneka yang sebelumnya diam tak bergerak pun mendadak menggeliat dan memberontak.
6 hingga 8 orang masuk ke dalam lapangan untuk menjadi peserta dan membantu memegangi Ago Gilo yang mengamuk.
Semakin kuat rontaan Ago Gilo menghempaskan para pemegangnya, maka semakin seru pula teriakan mereka yang menyaksikan.
3 orang pengawas, termasuk sang pawang menjaga agar keriuhan ini tetap ada di tengah lapangan.
Saat Ago Gilo memberontak dan menggiring para peserta terlalu dekat ke penonton, para pawang pengawas mengibas-ngibaskan kain hitam mereka agar si boneka gila bergerak menjauh.
Selain berfungsi sebagai alat kontrol, kibasan kain hitam tersebut juga berfungsi untuk meningkatkan 'level' permainan dan membuat si boneka menggeliat 'lebih gila'lagi.
Tidak sampai 15 menit, para peserta satu per satu terlempar dari kerumunan.
Saat semua peserta sudah menyerah, permainan diakhiri.
Nasril mengatakan bahwa permainan ini sudah ada sejak zaman kakeknya.