Menparekraf Dorong Pemerataan Wisatawan ke Bali Utara, Pemkab Buleleng Minta Akses Dikembangkan
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan setelah pandemi Covid-19, Bali mengalami pertumbuhan pesat.
Editor: Wahyu Aji
Pada semester I tahun 2024, jumlah kunjungan wisman ke Buleleng sebanyak 270.000 kunjungan dan wisnus baru mencapai 500.000.
“Pariwisata Buleleng mengalami high seasons hanya dua bulan, yaitu Juli- Agustus dan peak seasons di Desember-Januari dengan angka okupansi hotel rata-rata 80 persen, selebihnya selama low seasons angka okupansi hotel hanya 20-30 persen,” kata Gede Suyasa.
Kondisi ini membuat Pemkab Buleleng hanya menargetkan pendapatan daerah dari PHR (Pajak Hotel dan Restoran) sebesar Rp200 miliar, di mana pada semester I 2024 baru tercapai 49 persen.
Gede Suyasa menyampaikan, rendahnya angka penyebaran wisatawan dari Bali Selatan ke Buleleng, Bali Utara, karena terkendala oleh aksesibilitas, terutama instrastruktur jalan yang membuat perjalanan menjadi lama dan panjang. Oleh karena itu, perbaikan infrastruktur menjadi fokus pemerintah daerah dalam upaya menggairahkan pariwisata yang berkelanjutan.
”Salah satu faktor rendahnya persentase kunjungan wisatawan dari Bali Selatan ke Kabupaten Buleleng karena aksesibilitas atau jarak tempuh yang jauh dan cukup memakan waktu. Oleh karena itu, perbaikan infrastruktur menjadi fokus pemerintah daerah dalam upaya menggairahkan pariwisata yang berkelanjutan,” kata Gede Suyasa.
Sekda Buleleng berharap adanya pembangunan Jalan Nasional Baru (Short Cut) Singaraja-Mengwitani, yang saat ini sudah mencapai titik 3-8 perlu dilanjutkan pembangunannya sampai mendekati pusat Kota Singaraja, yang diharapkan bisa membantu dalam mengatasi masalah aksesibilitas tersebut.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Kabupaten Buleleng Gede Dody Sukma Aktiva Askara menyampaikan, pengembangan pariwisata di Bali Utara fokus pada eco-community based tourim sebagai upaya dalam menerapkan konservasi lingkungan alam dan budaya masyarakat.
“Buleleng mempunyai dataran tinggi, sepanjang Bali Utara memiliki hutan lindung dan hutan desa yang harus kita jaga. Juga mempunyai garis pantai terpanjang di Bali dengan terumbu karang dan biota lautnya harus kita jaga. Begitu pula budaya masyarakat kita pelihara dan kembangkan dalam kegiatan kepariwisataan untuk kesejahteraan masyarakat,” kata Gede Dody Sukma Aktiva Askara.
Pengembangan eko wisata berbasis masyarakat akan saling mengisi antara kepetingan pelaku usaha industri pariwisata dengan masyarakat dalam rangka mewujudkan pariwisata di Bali Utara yang berkualitas dan berkelanjutan ramah terhadap lingkungan.
“Kita fokus pada pengembangan eco-community based tourim dengan atraksi wisata alam dan budaya yang banyak memberikan edukasi kepada wisatawan untuk turut serta menyangga lingkungan alam dan mengapresiasi budaya masyarakat setempat,” katanya.
Program itu bertujuan untuk mendiseminasi dan mempromosikan destinasi pariwisata di Bali Utara yang belum banyak diketahui wisatawan sekaligus sebagai upaya menjawab isu overtourism di Bali akibat persebaran wisatawan yang tidak merata atau sebagian besar berada di Bali Selatan yang akhir-akhir ini banyak diangkat dalam pemberitaan media baik nasional maupun internasional.
Karokom Kemenparekraf/Baparekraf I Gusti Ayu Dewi Hendriyani menyampaikan, kegiatan press tour ke Buleleng Bali Utara diikuti 15 media nasional dan media internasional berlangsung selama tiga hari (9-11 Agustus 2024) sebagai wujud kolaborasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng dengan Kemenparekraf.
Turut hadir dalam acara diskusi bersama media peserta Press Tour ke Kabupaten Buleleng: Kadispar Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun, DPD PHRI Buleleng, Asosiasi Desa Wisata, Badan Promosi Kabupaten Buleleng, perwakilan Akademisi, dan Media lokal di Kabupaten Buleleng, Bali. (*)