Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Catatan Haru Seorang Ayah yang Kehilangan Buah Hati karena Kanker Langka

Dua tahun kelelahan bolak-balik ke rumah sakit, akhirnya sang ayah harus merelakan buah hati pergi untuk selamanya...

Editor: Agung Budi Santoso

Oleh: Syafrizal (ayah Haidar)

Innalillahi wa inna ilaihi raajiuun .... Senin 24 februari itu saat aku sedang bertugas tiba tiba HP- ku berdering dan aku lihat ada panggilan dari istriku lalu aku spontan bersalawat dalam hati baru kemudian aku jawab..

Ternyata aku dapat kabar bahwa anakku, Sayyaf Haidar Al Bahy (Haidar) hari itu akan dipindahkan ke ruang semangka agar para perawat lebih leluasa memantau perkembangan Haidar yang semakin memburuk.

Sebab dari hasil torax USG ditemukan cairan yang menutupi sebagian paru-paru hingga nafasnya sesak bagaikan habis berlari.."  Ya Allah berikan yang terbaik.."pintaku dalam hati. Usai jam kantor aku pun bergegas ke Rumah Sakit Kanker Dharmais, Slipi, Jakarta, sambil membawa pesanannya berupa 5 susu milk kuat coklat dan 1 porsi hokben.

Saat tiba Haidar sadar kalau aku sudah berada di dekatnya.Benjolan setengah batok kelapa membuat kepala Haidar berat ke kiri hingga tidurpun lebih nyaman miring ke kiri.Ditambah lagi benjolan-benjolan lain yang tumbuh membuat kepalanya besar tak beraturan.

Astagfirullah ....!

"Dik, pesenan udah ada..mau yang mana duluan nih, ." rayuku.. "Ntar dulu.." jawabnya dengan nada setengah berbisik.
.
Malam itu aku nginap di rumah sakit sekaligus memberi bantuan istriku yang hampir 3 malam tak tidur sebab kondisi ini namun disisi lain si kakak sendirian di rumah..Ya sudahlah akupun menelpon beberapa tetangga untuk menjaganya agar aku sendiri lebih fokus pada Haidar dan alhamdulillah semua merespon sangat cepat.Istrikupun bisa tidur namun Haidar masih terjaga padahal malam itu waktu sudah pukul 23.45 WIB. Dan akupun berusaha tetap menemaninya.

Berita Rekomendasi

Di kamar semangka itu hanya ada 2 pasien saja, Haidar dan seorang pasien lagi anak bernama Joshua. Di tengah kebisingan malam dengan alat pendeteksi jantung yang saling bersahutan bagaikan suara katak di tengah sawah sehabis diguyur hujan..Aku bertanya, "Dik,kepalanya pusing gak..?"

Dia menggeleng kepala..(padahal kepalanya besar akibat benjolan di mana-mana).."Nafas adik sesak gak..?", Diapun menggeleng kepala..(padahal dadanya naik turun seperti sehabis berlari).."Trus,adik masih kuat..?"tanyaku penasaran..

Lantas ia mengangguk kepalanya yang besar itu dengan tegas!! ALLAHU AKBAR..SUBHANALLAH..aku berucap sambil menghela napas panjang.. Selasa 25,hari itu aku urungkan untuk berangkat kerja dan meminta ijin pada atasan sebab kondisi itu.

Pada hari itu tak banyak aktifitas atau kondisi labil yang terjadi namun ada satu momen yang terjadi dan terngiang hingga saat ini..Seolah aku memohon,"Dik..adik sudah cukup hebat..sangat kuat..

Semua tahu adik gak pernah capek dan masih terus kemo.. Abi, Ummi dan kakak saangat sayang sama adik..

Engkong, nenek dan mami pa'nek di Aceh pun..semua sayang sama adik..tapi kalau Allah lebih sayang maka semuanya kita harus ihklas..!",

Spontan setes air matanya berlinang seakan berkata bahwa Haidar masih ingin bersama..

Halaman
123
Tags:
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas