Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Catatan Haru Seorang Ayah yang Kehilangan Buah Hati karena Kanker Langka
Dua tahun kelelahan bolak-balik ke rumah sakit, akhirnya sang ayah harus merelakan buah hati pergi untuk selamanya...
Editor: Agung Budi Santoso
"Dik, maafin Abi..maafin Ummi juga kakak..semuanya sayang sama adik..!!" bisikku. Setetes air matanya jatuh berlinang dan entahlah apa artinya hingga aku membalikkan badanku dan akupun menangis tak kuasa menahan.
YA ALLAH AMPUNI HAMBA..! AMPUNI HAMBA..!AMPUNI HAMBA..! Berikan hamba kekuatan,ketenangan jiwa..
Serangan Penyakit Bagai ditusuk pisau
Hingga malam menjelang pagipun tak ada kondisi-kondisi labil atau renjatan hebat maka aku mohon pamit pulang mau mengantar kakak sekolah sekaligus berangkat tugas. Haidar mengangguk kepalanya. Sambil memeluk dan mencium kepalanya aku berbisik Haidar anak Abi yang hebat, kuat..
Rabu 26 Februari 2014, sekitar pukul 10.30 wib aku menelpon istriku bertanya kondisi Haidar..khawatir kalo ada renjatan hebat (serangan sel yang rasanya bagai ditusuk pisau berkali-kali).
"Alhamdulillah, adik tenang Bi, ",jawab istriku di ujung telpon..Malamnya juga aku coba bertanya kembali kondisi terakhir dan jawaban tak jauh berbeda dengan jawaban yang aku terima tadi pagi..
Malam itu aku bersama si kakak di rumah dan ia bertanya tentang adiknya. Aku coba untuk menguatkan mental si kakak terhadap kondisi yang dihadapi adik..si kakak hanya terdiam sambil menatapku pelan..Ya Rabb..perasaan ini berkecamuk harus bagaimana..
Kamis 27 Februari, aku berangkat tugas seperti biasanya setelah mengantar si kakak ke sekolah. Pukul 09.15 wib setelah selesai dhuha kucoba telpon lagi istriku dan hasilnya lagi..menghela nafas panjang ya Rabb..monitor menunjukkan tensi sudah menurun,oksigen juga ikut turun namun detak jantung melebihi angka normal..
Ya Allah, berikan yang terbaik bagaikan orang tertidur..Kujalani takdir Mu ini semua atas kehendak Mu..Maka ya Allah ampunilah aku..beri aku kekuatan.. Malam itu aku pulang agak malam sebab biasalah mau akhir bulan jadi ada praclosing.Sebelum pulang ada firasat bahwa mungkin besok aku ga bisa masuk kerja,maka ada beberapa tugas aku limpahkan pada cing ubay temanku di kantor.Sekitar pukul 21.00 wib saat aku berada dalam perjalan pulang hp berdeing dengan lantunana surah 114,aku menepi dan berhenti utk menjawab, oh tuhan..istrku!!
Sebelum menjawab aku bersalawat dulu untuk menenangkan batin..Ternyata si adik berpesan agak aku dan kakak segera ke rumiah sakit malam ini juga..Ya Allah,apakah ia mau pamitan..??!! hatiku berkata,lalu akupun bergegas pulang menjemput kakak.
Setiba di rumah sakit kami melihat adik dengan kondisi seperti setengah mengigau..sangat sangat tidak nyaman..tapi ia masih sadar akan kedatanganku dan kakak..
"Dik..ini Abi ama kakak dah sampe..", beritahuku.."eeeeeeehhhh...Abiiiii..",panggilnya.. Aku mengusap kepalanya sambil memeluk dan mencoba memberikan ketenangan untuknya,sementara kakak mengusap bahu belakangnya (istilah kami disayang-sayang)..
Posisi tertidur miring ke kiri malam itu,sementara istriku terus mengaji sebab dari semasa sehatnya Haidar suka ngaji..Namun haidar terus meronta bagai orang ngigau hingga perawat memberikan dosis tambahan obat agar ia tenang..dan benar,selang sejam kemudian Haidar tertidur.
Aku bersama istri masih terjaga. Kami melantunkan syahadat, shalawat, kalimah thoyibah dan ayat suci sepanjang malam itu. Hingga tanggal berganti 28 tepat hari Jumat pukul 02.00 dini hari Haidar sudah tak ada respon lagi.