Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Permata Anti Pengangguran
Komprehensifitas pengertian menjadi jelas bagi kita.
Editor: Hasanudin Aco
B. Mengubah Paradigma
Sebuah masyarakat yang terlanjur lama dihidupi oleh . standar hidup yang rendah serba tak bernilai pertumbuhan dan pengembangan wawasan keadabannya turut rendah dan minim. Hal ini bahkan menimbulkan keterbatasan-keterbatasan (inferiority complex) yang lahir dari
mental-psikisnya sehingga lingkungan dan potensi alam yang semula luas menjadi sempit dan terbatas bagi pemenuhan dirinya (self sufficient). Perkembangan perikehidupannya tak termotivasi oleh peluang dan kemajuan; malah menjadi mudah mengeluh (excuse) setiap
menghadapi percepatan perubahan.
Sekarang dalam era ekonomi pasar yang sudah tak terhindarkan lagi bangsa ini harus berani mencoba untuk merubah cara pandang baru atas apa itu Defmisi produktivitas. Sebelumnya alangkah baiknya kita tarik ke aras sosio kultural dulu. Sebab dari sini kita bisa menelusuri gegar
budaya (shock cultures) yang kita derita akibat kolonialisme bangsa-bangsa Eropa masa lalu. Produktifitas kalau kita sepakat makna dan pengembangan arti arkhaisnya dalam tindakan ialah keberdayahasilan, keberdayagunaan dan keberdayaan dalam memberikan manfaat bagi sesama dan utamanya bagi cliri sendiri. Nah disini kita bisa menurunkan pengertian yang lebih terkait lagi dengan dunia apa yang dikatakan ekonomi produksi itu. Yakni kemampuan seorang pribadi menghasilkan karya. Karya itu sesuatu artefak yang datang dari daya oleh pikir (akal budijbuclipekerti) yang berdialektika dengan alam/lingkungannya; berbuah hasil berupa barang atau Pengetahuan (yang akan bermorfesa menjadi jasa; seperti menjacli editor, penulis bayangan, dll) . Dimana barang itu dihargai atau diperlukan (menjadi kebutuhan) atau setidaknya disenangi oleh orang lain baik secara individual maupun komunal.
Maka komprehensifitas pengertian menjadi jelas bagi kita. dalam arti kita sendiri banyak mempunyai peluang untuk ptoduktif (bemilai ekonomis), manakala memperhatikan kekayaan alam hayati dan mineral yang dikandung bumi pertiwi atau setidaknya jika
kita memperhatikan lingkungan sekitar kita. Apa iya tidak ada sesuatupun yang dapat diolahalih menjadi komoditas ekonomi? Tuhan tidak pernah berhenti memberi kelimpahan anugrah kepada manusia. Hanya karena pemikiran atau wawasan yang sempit menghalangi manusia menernukan hal-hal yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain (dan tentu itu bemilai ekonomis).
Dengan kemampuan natural yang kita miliki, rnisalnya kekuatan tangan untuk mengangkat, kemampuan kaki beijalan cepat, ketegaran badan untuk mendukung benda, atau kecerdikan pikir memahami dan menyelesaikan persoalan, semua itu adalah anugrah dasar dan kemampuan hayati (baca: bertahan hidup) kita. Jika bangsa ini sudah memahami akan hal ini, saatnyalah tetjadi Shifting impotential paradigm (mengubah paradigma ketakberdayaan).
Namun, sebelum secara gradual melakukan perubahan paradigma ketidakberdayaan, kita seyogyanya total memahami dan mendiagnosa kesalahan "masa lalu", gegar budaya yang memrosotkan mental kemandirian. Dengan demikian, terkadang, kita menjadi sadar akan kondisi puruk selama ini yang sebelumnya tidak disadari. Setelah itu kita harus berani dengan kesatria (gentlement) menerima wawasan baru yang bersesuai dengan gerak keinginan kita untuk maju, mandiri dan produktif. Juga kita harus berani mengganti ancient system of mode of produkction yang gagal menyejahterakan dengan sistem yang berpihak; dengan jujur mengakui bahwa kesalahan dalam
membangun produktivitas juga karena faktor diri kita sendiri-baik dalam level keputusan, pemilihan sikap, dan langkah implementasinya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.