Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Hoyak Tabuik Tradisi Religi Masyarakat Pariaman
Tabuik adalah sebuah perayaan untuk memperingati hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, Hussein bin Ali.
Penulis: Devi Purnama Sari
TRIBUNNERS - Sumatera Barat adalah satu dari provinsi di Indonesia yang sangat kaya akan budaya.
Setiap daerah di Sumatera Barat memiliki tradisi yang beragam dan sangat unik. Salah satunya adalah Hoyak Tabuik yang berasal dari Pariaman.
Tabuik adalah sebuah perayaan untuk memperingati hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, Hussein bin Ali yang gugur dalam perang di padang Karbala beserta keluarganya, jatuhnya pada tanggal 10 Muharram.
Festival ini telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu dan diperkirakan telah ada sejak abad ke-19 masehi.
Tabuik yang berasal dari bahasa Arab 'tabut' yang bermakna kayu, mengacu kepada legenda tentang kemunculan makhluk yang berwujud kuda bersayap dan berkepala manusia yang disebut Buraq. Legenda tersebut mengisahkan bahwa setelah wafatnya sang cucu Nabi, kotak kayu berisi potongan jenazah Hussein diterbangkan ke langit oleh Buraq.
Berdasarkan legenda inilah, setiap tahun masyarakat Pariaman membuat tiruan dari Buraq yang sedang mengusung tabut di punggungnya.
Melihat dari sisi kemegahannya, maka dalam proses pembuatan Tabuik diselenggarakan dalam waktu yang cukup lama.
Pembuatan Tabuik dikerjakan dari tanggal 1 sampai tanggal 9 pada bulan Muharam yang dilakukan oleh dua kelompok masyarakat Pariaman, yaitu kelompok Pasar dan kelompok Subarang untuk dua buah bentukan Tabuik.
Dalam pembuatannya, Tabuik melibatkan banyak tokoh-tokoh penting dan ahli seperti tokoh budayawan, tokoh sejarawan dan tokoh masyarakat setempat.
Pembuatan Tabuik menghabiskan biaya yang sangat fantastis untuk sebuah perayaan yang ada di Sumatera Barat, bahkan boleh dikatakan bahwa tabuik merupakan perayaan yang paling megah dan paling mahal di antara semua perayaan di daerah –daerah di Minangkabau.
Besarnya biaya yang dikeluarkan disebabkan oleh ukuran kedua bentukan Tabuik yang sangat besar. Pemerintah Kota Pariaman sendiri mendanai acara ini sebesar dua ratus juta Rupiah, hal ini tentunya diluar dana dari pihak-pihak lain.
Di puncak perayaannya kedua tabuik dari Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang diarak menuju pantai Gandoriah saat matahari mulai terbenam.
Di puncak acara ini dihadiri oleh ribuan orang dari berbagai penjuru Minang dengan sangat antusias. Tumpahan manusia memenuhi tepi pantai Gandoriah yang menanti moment pembuangan tabuik ke laut. Orang-orang saling berebut potongan-potongan Buraq yang dipercaya sebagai pembawa keberuntungan.