Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Butuh Pendekatan Baru dalam Pemberantasan Aksi Teror
Baku tembak antara aparat keamanan dengan kelompok yang diduga sebagai teroris terus terjadi.
Santoso dahulu merupakan kelompok kecil yang juga terlibat dalam konflik Poso.
Namun setelah terselenggara perdamaian antara kelompok Muslim-Kristen, Santoso kehilangan isu sentral sampai akhirnya berbaiat ke Jamaah Islamiyah dan akhirnya ISIS.
Dari sinilah perjalanan Santoso melakukan teror terhadap aparat keamanan pemerintah.
"Di Poso itu, sekarang, tidak ada permusuhan Islam-Kristen (lagi). Terjadi pergeseran nilai (di kelompok Santoso), justru adalah aparat yang menjadi sasaran sekarang ini. Karena aparat dianggap toghut,” jelasnya.
Menanggapi wacana pembentukan LP khusus terpidana teror, Ahmad Ali memandang hal itu memang diperlukan.
Dia membandingkan bahaya terorisme yang menurutnya tidak jauh lebih mengerikan ketimbang korupsi.
"Mengapa untuk tahanan koruptor bisa ada LP Khusus, sedangkan teroris-teroris itu tidak? Padahal mereka ini bisa merekrut jaringan barunya di dalam LP jika tidak dikhususkan,” ujarnya.
Ali, yang merupakan salah satu tokoh dalam Deklarasi Malino, mengingatkan pemerintah bahwa upaya deradikalisasi di dalam LP akan lebih optimal apabila juga melibatkan tokoh-tokoh dalam jaringan.
Hal ini karena para teroris itu hanya akan tunduk kepada pemimpinnya, bukan dari pihak lain.