Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Penyakit Disorientasi Seksual Bisa Menular Melalui Interaksi

Anggota Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia yang juga Ahli Spesialis Neurosains di Universitas California, Irvine, Amerika Serikat, Dr

zoom-in Penyakit Disorientasi Seksual Bisa Menular Melalui Interaksi
lg_rainbow
Aktivitas LGBT di luar negeri. 

Ditulis oleh : Icmi.or.id

TRIBUNNERS - Anggota Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia yang juga Ahli Spesialis Neurosains di Universitas California, Irvine, Amerika Serikat, Dr Taruna Ikrar, mengatakan penyimpangan orientasi seksual bisa menular dari seorang penderita kepada orang normal melalui interaksinya.

"Penularannya, tentu berbeda dengan penyakit menular akibat infeksi. Penularan disorientasi ini akibat interaksi seseorang dengan orang yang mengalami disorientasi seksual, hingga mereka terpengaruh, menikmati, hingga akhirnya berubah orientasi seksualnya. Apalagi kalau kondisi ini atau penularan sosialnya terhadap anak dibawah umur yang masih dalam fase perkembangan, tentu sangat berbahaya," kata Taruna, Kamis (18/2/2016).

Menurut Taruna, hal itu karena berdasarkan ilmu kedokteran jiwa atau psikoseksual, dijelaskan bahwa perubahan perilaku seksual dapat terjadi akibat faktor lingkungan dan perkembangan anak, khususnya yang berhubungan dengan psikoseksual.

Pakar neurosains ini mengutip pernyataan Freud seorang dokter ahli jiwa yang menjelaskan psikoanalisanya tentang perkembangan psikoseksual, bahwa kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima tahun.

Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.

"Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. Fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu akan tetap “terjebak” dalam tahap ini," katanya.

Taruna mencontohkan, jika seseorang yang terpaku pada tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan oral melalui merokok, minum, atau makan.

Ia juga menjelaskan menurut Freud, ada 5 tahapan perkembangan dalam hal psikoseksual seseorang.

Berita Rekomendasi

Pertama, Fase Oral. Sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap.

Karena bayi sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral.

Kedua, Fase Anal Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar.

Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet. Anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.

Ketiga, Fase Phalic. Pada tahap phalic, fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin.

Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita.

Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu.

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas