Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Jangan Larang Anak Anda Mengkritik
Kebenaran tentang surga ada dibawah telapak kaki ibu tidak diragukan lagi kebenarannya. Idealnya, dalam segala praktek hidup anak harus mempertimbangk
Menarik memang. Sejarah panjang konstruksirealita simbolik lewat penguatan peran dan fungi sejak berabad abad lamanya, telah menjadikanorangtuasebagaiinstitusi yang paling agung danberwibawa, yang mengayomi penuh kasih di hadapan anak. Namun sekarang, seolah realita sosial sedikit demi sedikit mereduksi kekuatan simbolik orangtua itu.
Terbukti, banyak kasus yang terjadi, yang pada akhirnya hanya merugikan anak. Karenasebelumnya tidak menyertakan pendapat, saran dan kritik, atau minimal diketahui anak. Bijaksanakah kalau hanya menuntut anak melakukan kehendak orangtua bahkan tanpa sedikitpun mendengar apapun darinya secara serius?
Namun, sudah siapkah masyarakat secara sosio-kultur melibatkan anak dalam hal mengambil keputusan, untuk kemudian diterjemahkan secara operasional, taktis dan teknis secara kolektif dalam keluarga?
Marilah para orangtua untuk mengubah paradigma yang sudah mengakar kuat, sertakan anak dalam setiap kejadian, dengarkan kritik dan saran mereka. Mulailah membudayakan institusi keluarga untuk mengambil sikap terhadap sudut pandang objektifyang diutarakan anak.
Anggap saja kritik anak adalah doa bagi orangtua. Maka, orangtua mana yang tidak dengan lapangdada untuk setiap hari menerima satu dari tiga hal yang tidak berhenti mengalirkan pahala,walaupun sudah melanjutkan hidup di alam lain itu.