Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Batik Tulis Sari Kenongo Mulai Mendunia
Salah satu batik tulis yang masih menggunakan bahan pewarna alami seperti sari-sari akar dan daun-daunan ialah batik tulis sari kenongo yang letaknya
Penulis: Dessy nanda sari
TRIBUNNERS - Salah satu batik tulis yang masih menggunakan bahan pewarna alami seperti sari-sari akar dan daun-daunan ialah batik tulis sari kenongo yang letaknya ada di Sidoarjo.
Tepatnya di Jl Raya Kenongo Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo.
Batik ini bernama “Sari Kenongo Batik”, yang didirikan oleh Bu Hartono sejak tahun 1997. Dan sekarang sudah memasuki ke generasi kedua, Lintang (anak dari Bu Hartono).
Disini semua karyawannya adalah perempuan, karena Bu Hartono ingin memberdayakan perempuan.
Yang membedakan batik ini dengan batik yang lain terletak pada ciri corak atau motifnya, “Batik kita mempunyai ciri yaitu daun sirih,” ujarLintang.
Bu Hartono menggambar sendiri setiap motifnya. Selesai menggambar lalu diberikan kepada ibu-ibu (karyawan) untuk dilanjutkan proses canting (menggambar pada kain dengan menggunakan lilin) dan pewarnaan. Semua dilakukan secara manual. Yang membuat batik ini terus eksis hingga saat ini adalah dari segi motif yang tidak monoton, dan kombinasi warnanya yang indah.
Batik ini juga sudah menembus hingga pasar luar negeri, seperti Jepang, Australia, dan Eropa. Banyak juga turis yang belajar membatik disini.
Mereka ingin merasakan bagaimana membuat batik tulis ini, dan ingin mengetahui mengenai seluk beluk batik itu sendiri. Turis yang paling banyak berkunjung adalah turis yang berasal dari negara Jepang.
Karena ini adalah batik tulis, untuk harganya sendiri dibandrol mulai dari sekitar 400 ribu Rupiah, dan yang paling mahal sekitar 10 juta Rupiah.
Itu tergantung dari tingkat kerumitan desain motif dan kualitas bahannya. Dan harga tersebut sebanding dengan kesulitan dan kerumitannya dalam pembuatannya, karena memang dikerjakan secara manual.
Batik ini tidak pernah sepi pembeli, karena segmen pasarnya sangat khusus, dan masih banyak peminatnya.
Terlebih saat ini masyarakat Indonesia sedang gemar-gemarnya menggunakan batik dalam kesehariannya, maupun saat menghadiri acara tertentu.