Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Orangtua Merupakan Cermin Bagi Anak
Peran keluarga khususnya orangtua menjadi sangat penting dalam mendidik anak karena belajar di sekolah saja itu tidaklah cukup.
Penulis: Ajeng Retno Sulistiany
TRIBUNNERS - Peran keluarga khususnya orangtua menjadi sangat penting dalam mendidik anak karena belajar di sekolah saja itu tidaklah cukup.
Orangtua sebagai pendidik utama di dalam keluarga harus saling bekerjasama untuk mendidik anaknya.Sekolah sekaligus guru pertama pada tumbuh berkembangnya anak adalah “keluarga”.
Hal ini dikarenakan aktivitas, kejadian, dan juga perilaku pada lingkungan sekitar merupakan proses pendidikan utama bagi perkembangan anak.
Pada hakekatnya setiap orangtua akan memiliki caranya masing-masing dalam mendidik anak. Hanya saja porsinya harus pas.
Artinya, tidak lebih dan juga tidak kurang. Ada saatnya orangtua harus bersikap tegas kepada anak namun ada saatnya juga orangtua memahami dan mengikuti keinginan anak. Jika anak melakukan kesalahan sebaiknya diberi pengertian bahwa hal itu salah bukan dengan cara memarahi bahkan menghardik anak.
Orangtua hendaknya mengetahui bahwa dunia anak akan jauh berbeda dengan dunia orang dewasa. Ketika anak menumpahkan susu, susah makan, atau bahkan tidak membereskan mainannya kembali setelah bermain, banyak orangtua yang memilih untuk memarahi dan membentak anak.
Orangtua cenderung tidak sabar sehingga lebih memilih memarahi, mencubit anak dibandingkan dengan memberinya pengertian, dan nasihat bahwa hal-hal yang salah seharusnya tidak boleh dilakukan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lise Gliot dari Fakultas Kedokteran Chicago, menghardik dan memarahi anak dapat merusak dan memusnahkan milyaran sel otak.
Bahkan pada anak yang masih dalam pertumbuhan otak yakni pada masa golden age yaitu 2-3tahun pertama, suara keras dan membentak yang keluar dari mulut orangtua dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh.
Sehingga hal ini mempengaruhi area otak mereka pada saat mereka dewasa yang berhubungan dengan emosi dan perhatian. Anak akan cenderung menutup diri, depresi, dan akhirnya anak akan mencari dukungan dari oranglain seperti teman-temannya.
Meskipun marah dapat dikatakan hal yang manusiawi, begitupun dengan anak yang tidak suka dibentak dan disudutkan juga sifat yang manusiawi. Marahlah tapi jangan sampai merugikan dan menyakiti hati anak yaitu dengan cara sampaikanlah dengan menggunakan konsep pesan diri jangan sampai merusak komunikasi antara orangtua dengan anak.
Hubungan orangtua dan anak itu ibarat kaca. Anak akan menerima semua pantulan dari orangtuanya. Bila mereka menerima bawa marah tidak identik dengan kekerasan, maka mereka akan menerapkan dalam kehidupannya dan begitu pula sebaliknya.
Jika mereka menerima bahwa marah itu identik dengan kekerasan, maka jangan heran bila mereka juga akan menerapkan dikehidupan mereka. Jangan menyalahkan remaja yang sering terlibat tawuran, atau bahkan hingga terjerumus kepergaulan bebas bila anda sendiri sebagai orangtua sering memarahi dan memukul anak.
Karena mereka mungkin saja akan melampiaskan kemarahan, ketidakterimaan mereka kepada hal-hal yang negatif. Semakin anda sering memaki anak, maka gangguan psikis anak akan semakin terganggu dan itu akan merugikan diri anak, maupun anda sebagai orangtua.
Oleh karena itu, lupakanlah meluapkan amarah dengan cara yang kuno, dan dengan cara kekerasan. Menurut Dr Seto Mulyadi bahwa kunci keberhasilan marah adalah keefektifannya.
Karena meluapkan amarah dengan kekerasan bukan akan menyelesaikan masalah, justru akan membuat masalah baru.
Mungkin memang perubahan perilaku anak juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan pergaulan disekitarnya. Bahayanya jika lingkungan disekitar anak adalah lingkungan yang banyak menggunakan kekerasan dan emosional yang negatif.
Maka bisa saja anak akan meniru kebiasaan yang ia lihat dan melebihi kebiasaan orangtuanya dalam memandang konsep sejauh mana amarah boleh diluapkan. Itulah sebabnya, orangtua sangat berpengaruh bagi perkembangan anak.