Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Berlari lalu Terkadang Berjingkrak! Simulakra Pokemon, Ketika Manusia Mengejar Dunia Imajiner

Realitas berbalik secara radikal, dunia yang dikejar kini ada di dalam layar.

Editor: Robertus Rimawan
zoom-in Berlari lalu Terkadang Berjingkrak! Simulakra Pokemon, Ketika Manusia Mengejar Dunia Imajiner
TRIBUN JATENG/CETAK
Penulis Opini, Udji Kayang. 

Sementara di penjuru dunia lain, Pokemon Go belum bisa dimainkan secara resmi.

Namun jangan kecewa, pengguna telepon pintar di luar tiga negara itu --yang sudah kebelet berburu Pokemon-- bisa mengunduh berkas berformat APK untuk memasang Pokemon Go di gawai masing-masing.

Di Indonesia sendiri, meski belum dirilis secara resmi, Pokemon Go sudah ramai peminat. Bahkan, pada 17 Juli 2016 nanti, konon diselenggarakan Gathering Trainer Pokemon Go Jawa Tengah di Alun-Alun Kebumen.

Simulakra dan religiositas

Dalam perspektif sosiolog pascamodernisme, Jean Baudrillard, Pokemon Go telah menciptakan sebentuk simulakra.

Secara sederhana, simulakra adalah mekanisme ruang di mana simulasi (dalam hal ini perburuan Pokemon) dilangsungkan.

Merujuk kepada Simulations karya Baudrillard (1983), Pokemon Go bisa dikategorikan simulakra tingkat ketiga atau simulakra yang lahir sebagai konsekuensi perkembangan ilmu sains dan teknologi informasi.

Berita Rekomendasi

Dalam tingkatan tersebut, simulakra menjadi lahan segala silang-sengkarut tanda, citra, dan simbol budaya.

Dunia Pokemon, yang pada era '90-an sekadar dilihat di layar televisi, kini bisa langsung dialami.

Dalam mekanisme simulasi itu, manusia dijebak dalam ruang realitas yang dianggap nyata. Padahal, sesungguhnya, semuanya semu dan penuh rekayasa (Hidayat, 2012: 9-10).

Mekanisme simulasi, entah disadari oleh sang pemain atau tidak, juga berjalan dalam Pokemon Go.

Untuk memainkannya, memang betul, ada prasyarat realis yang mesti dipenuhi, yakni gerak dan perpindahan fisik.

Namun demikian, segala gerak dan perpindahan fisik semata mereka persembahkan untuk kepuasan semu di dalam layar.

Mau seberapa jauh berjalan, pemain Pokemon Go hanya menjumpai Pokemon di dalam layar.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas