Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Kerja Nyata Untuk Siapa
Sejak Amerika Serikat (AS) menderita kalah perang industri manufaktur dengan RRC pada 2008, berindikasi defisit perdagangan
Editor: Rachmat Hidayat
Padahal pengangguran di Indonesia, dengan indikator bekerja 2 jam dalam seminggu tak terselesaikan. Begitu juga dengan kemiskinan yang mencapai sekitar 29 juta jiwa. Saat yang sama rasio Gini mencapai 0,43.
Lalu, kalau kinerjanya seperti ini, maka buat siapa kita kerja nyata ?
Saya teringat protes Bung Karno kepada Belanda saat memindahkan tenaga kerja perkebunan dari Jawa ke Sumatera pada 1920-1945.
Demikian juga protes Presiden Soekarno atas Konferensi Meja Bundar pada 27 Desember 1949 yang memberi kebebasan perusahaan asing beroperasi dan mewajibkan Indonesia tunduk pada IMF.
Tahun 1956, penyambung lidah rakyat itu menguraikan bahwa ternyata kemerdekaan Indonesia belum membawa Indonesia makin sejahtera.
Ini disebabkan pendapatan perkapita penduduk menurun dari 32 gulden sebelum kemerdekaan menjadi 28 gulden pada 1955.
Maka di 71 tahun Indonesia Merdeka, apakah kita makin sejahtera?
Jika ukurannya pendapatan perkapita, nampaknya membaik, walau tetap berada di posisi negara berpendapatan kelas menengah bawah sejak 1980.
Tetapi jika ukurannya: kemerdekaan semua lini kehidupan, membaiknya modal sosial, membaiknya tingkat pendidikan dan kesejahteraan lahir batin.
Meningkatnya harkat martabat bangsa dalam pergaulan internasional, tentu kita belum merdeka.
Dalam bahasa yang lain, dominannya asing secara struktural pada penguasaan sumberdaya, dalam cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak, dan pada mata rantai logistik.
Jelas kita sedang bekerja untuk mereka karena investasi asing membuat mereka makin kuat cengkeramannya.
Jika menggunakan istilah akademik, besarnya utang luar negeri dan dominannya pihak asing menunjukkan tegak dan berlakunya sistem perbudakan modern.
Sistem ini memberi bukti, hasil kerja terbesar kita dinikmati oleh mereka, sedangkan sang pemilik sumberdaya dan pasar mendapat yang tersisa.