Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Aksi Flash Mob Angklung Curi Perhatian Warga Selandia Baru
Angklung dipilih karena alat musik ini relatif mudah dimainkan. Namun, alat musik ini berbeda dengan alat musik biasanya.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNERS - Senin (19/9/2016) pukul 12.30 waktu Selandia Baru, alat musik traditional Indonesia dimainkan di Wellington, ibukota Selandia Baru, tepatnya di The Hub, Victoria University of Wellington.
Berbeda dengan permainan biasanya, angklung kali ini dimainkan dengan kemasan flash mob. Bukan hanya orang Indonesia, tetapi juga orang Selandia Baru dan dari berbagai negara lainnya.
Diinisiasi oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Wellington (PPIW), flash mob angklung ini dilaksanakan sebagai wujud kebanggaan pada nilai-nilai keindonesiaan mereka.
Angklung dipilih karena alat musik ini relatif mudah dimainkan. Namun, alat musik ini berbeda dengan alat musik biasanya. Perlu beberapa orang untuk memainkannya.
"Karena itu, kita berpikir bahwa angklung memberikan kita kesempatan untuk mengenalkan nilai Indonesia dengan mengajak pelajar Selandia Baru dan pelajar dari negara lain untuk bergabung memainkannya,” ujar Danang Abiyoga, wakil ketua PPIW yang juga merupakan koordinator flash mob angklung ini.
Sesuai namanya, flash mob angklung ini dikemas dengan kesan bahwa angklung dimainkan secara tiba-tiba!
Tepat pada 12.30, Sony Sultantiono, seorang pelajar Indonesia di Selandia Baru memulai memainkan keyboard-nya.
Ia mengiringi lagu God Defend New Zealand yang dinyanyikan oleh Vera, seorang pelajar berkebangsaan Tiongkok.
Beberapa saat kemudian, lebih dari 20 pelajar secara tiba-tiba berkumpul, mendekat Sony dan Vera.
Setengah dari mereka adalah pelajar asli Selandia Baru dan juga mahasiswa internasional lainnya seperti dari Malaysia, Myanmar dan Laos.
Dengan angklung, mereka segera mengiringi musik dari keyboard. Lagi kebangsaan Selandia Baru tersebut dinyanyikan tiga kali bersama iring-iringan angklung.
Ratusan pelajar atau mahasiswa yang sedang rehat siang di The Hub itu pun menyaksikan flash mob angklung ini.
Tak jarang dari mereka yang segera mengambil gawai mereka untuk merekam momen langka tersebut.
The Hub sendiri dipilih karena tempat ini merupakan lokasi utama pada mahasiswa dan civitas akademika kampus berkumpul.