Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
God Bless and You – Rock Humanisme: Sebuah Tinjauan Filosofis
Dalam kata pengantar buku, saya mengibaratkan grup rock legendaris God Bless sebagai sosok gajah, binatang berbadan dan berkaki besar
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: Alex Palit
Dalam kata pengantar buku, saya mengibaratkan grup rock legendaris God Bless sebagai sosok gajah, binatang berbadan dan berkaki besar, berkuping lebar bak kipas, berbelalai menjuntai, berekor mungil, bermata kecil sipit atau malah tertarik dengan gadingnya, tergantung kita merabanya. Dalam mengamati sesuatu masing-masing orang punya perspektif sudut padang dan sudut rasa.
Begitupun ketika ada yang ingin menuliskan sosok God Bless, bisa dari sisi biografisnya, diskografis album, biografis personil musisi, atau dalam perspektif lainnya sesuai selera sudut pandang dan rasa.
Berangkat dari pemikiran tersebut, penulis berkesimpulan banyak sisi- sisi menarik dari sejarah God Bless yang bisa diangkat, tidak lagi harus terjebak pada sisi biografi. Karena bagaimanapun juga sebuah penulisan buku apakah itu sejarah, biografi atau lainnya pastilah penulisnya punya sudut pandang dan cara pandang masing-masing baik dalam memahami bahasan, penggambaran dan interpretasi, meski yang disorot sama.
Dari sudut pandang ini penulis mencoba mengutarakan sisi lain dari God Bless yaitu sebagai grup band rock yang memiliki komitmen, konsistensi, dan keberpihakkan pada pokok persoalan humanisme yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam bermusiknya.
Bisa dibilang God Bless adalah satu-satunya grup band rock yang punya komitmen dan konsistensi mengangkat tema pokok terkait humanisme di tiap album yang dirilisnya. Komitmen dan konsistensi mengangkat topik humanisme, mulai dari isu kemanusiaan pada umum sampai ke ragam kritik sosialnya menjadi tema sentral lagu-lagu God Bless.
Bahkan kalau kita simak dan dicermati banyak di antara tema humanisme lirik lagu-lagu yang disuarakan God Bless masih faktual dan kontekstual merepresentasikan realitas sosial yang sedang kita hadapi saat ini.
Berangkat dari sudut pandang ini penulis mencoba mengangkat sisi lain dari God Bless yaitu menuliskannya dalam perspektif amatan lirik lagu, rock humanisme.
Sebagaimana dikatakan komponis Richard Wagner, guna mendapatkan pemahaman tentang apa itu musik (lagu) tidak cukup hanya dinikmati sebagai sekadar hiburan semata, sebab musik itu sendiri adalah bahasa ekspresi yang memang harus diterjemahkan.
Saya pun tidak menampik ketika di promo buku “God Bless and You – Rock Humanisme” oleh PT Elex Media Komputindo selaku penerbit juga di lapak Gramedia.com menuliskan deskripsi buku yang mulai edar 28 Agustus ini sebagai tinjauan filosofis.
* Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, pendiri “Forum Apresiasi Musik Indonesia” (Formasi) dan Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN), pemimpin redaksi Bambuunik.com