Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Dari TGUPP Teringat Surat Buat Sahabat Prabowo Subianto
Anies menyampaikan nantinya dalam RAPBD DKI Jakarta 2018 memasukkan anggaran honor anggota TGUPP Anies – Sandi berkisar 74 orang sebesar Rp. 28 miliar
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: Alex Palit
Di sini saya tidak ingin mengomentari kebenaran benar tidaknya ucapan Anies Baswedan menuding bahwa gubernur sebelumnya menggunakan dana perusahaan swasta untuk menggaji Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) atau staf gubernur, yang kemudian memunculkan banyak reaksi publik.
Reaksi ini sendiri bermula dari pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mengatakan inginkan TGUPP digaji oleh APBD, bukan dari perusahaan swasta. Karena dianggapnya kalau dibiayai oleh swasta akan sarat dengan kepentingan politis.
Berikutnya, Anies menyampaikan nantinya dalam RAPBD DKI Jakarta 2018 memasukkan anggaran honor anggota TGUPP Anies – Sandi berkisar 74 orang sebesar Rp. 28 miliar, naik 12 kali lipat dari sebelumnya.
Sementara gubenur sebelumnya di TGUPP dengan anggota tak lebih dari 15 orang hanya menganggarkan Rp. 2,3 miliar. Anggaran TGUPP gubernur sebelumnya ini dituding oleh Anies dibiayai swasta.
Atas tudingan itu, Rian Ernest, salah seorang staf mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama yang akrab disapa Ahok, angkat bicara membantah bahwa gajinya dan staf lain dari swasta.
Ditegaskan Rian bahwa staf yang dibentuk Ahok untuk membantu mempercepat kerjanya sebagai gubernur digaji melalui biaya operasional penunjang gubernur yang sudah ada di dalam APBD.
Malah sebaliknya Rian Ernest mempertanyakan mengapa Anies menggaji TGUPP tidak dari biaya operasional penunjang gubernur yang besar itu, seperti dilakukan Ahok, bukan mengajukan anggaran baru di APBD. Karena menurut Rian, biaya operasional penunjang gubernur jumlahnya gede.
Atas silang pernyataan antara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Rian Ernest mantan staf Gubernur DKI Jakarta – Ahok, di sini saya pun tidak ingin menjustifikasi pernyataan siapa yang layak dipercaya kebenarannya. Biarlah waktu yang akan menjawabnya.
Alih-alih justru di sini saya teringat atau diingatkan kembali pada buku Prabowo Subianto berjudul “Surat Untuk Sahabat”.
Di salah satu halaman buku tersebut, Prabowo mengutip kata-kata Presiden Amerika Serikat – Abraham Lincoln; You can fool some of the people all of the time, and all of the people some of the time, but you can’t fool all of the people all of the time.
Lewat pesan ini Ketua Umum Partai Gerindra ingin mengingatkan kepada kita bahwa Anda dapat memperdayakan semua orang untuk sementara waktu, dan memperdaya beberapa orang untuk selamanya, tetapi Anda tidak dapat memperdaya semua orang untuk selamanya.
Di buku ini, Prabowo juga menuliskan kata-kata bijak nenek moyang yang dikutif dari filosofi budaya Jawa yaitu becik ketitik ala ketara, yang mengartikan bahwa yang baik akan nampak, yang jelek akan terungkap dengan sendiri.
Di buku ini pula, Prabowo menuliskan kata-kata bijak yang dikutif filosofi budaya Jawa; Ojo dumeh, ojo adigang adigung adiguno, ojo lali, ojo kagetan, ojo rumungso iso, ning iso rumongso.
Setidaknya dari kutipan tersebut menjadi pengingat kita, terutama bagi para pemimpin, untuk tidak senantiasa bermain mencari atau menjustifikasi pembenaran dengan retorika kata-kata.
Termasuk dengan retorika kata-kata ini tidak lantas dipergunakan untuk menyandingkan, membandingkan dan menandingkan hanya untuk menjustifikasi mencari pembenaran bukan kebenaran.
Ini saja yang ingin saya sampaikan lewat tulisan berjudul Dari TGUPP Teringat “Surat Untuk Sahabat” Prabowo Subianto. Semoga!
* Alex Palit, citizen jurnalis, penyuka politik, pemimpin redaksi Bambuunik.com