Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Angkatan Puisi Esai Dinilai Penting bagi yang Bukan Penyair

"Ini bagi saya bukan hanya kegiatan membuat buku tapi tonggak budaya, yang hanya mungkin dihasilkan oleh generasi yang gemilang."

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Angkatan Puisi Esai Dinilai Penting bagi yang Bukan Penyair
Istimewa
Denny JA 

TRIBUNNERS - Satrio Arismunandar, Pendiri Aliansi Jurnalis Independen, menyambut baik datangnya angkatan puisi esai sebagai tonggak baru sastra Indonesia.

Berbeda dengan angkatan sastra sebelumnya, ujar Satrio, angkatan puisi esai ingin mengembalikan puisi kepada masyarakat. Yang bukan penyair boleh ambil bagian.

Baca: Jokowi Jadi Imam Salat Zuhur di Afghanistan

Satrio sendiri tidak merasa seorang penyair. Tapi, ujar Satrio, saya bahkan sudah menuliskan buku soal korupsi dalam bentuk puisi esai.

Tak hanya saya, teman teman saya lainnya, dosen, aktivis, peneliti banyak juga yang sudah menulis bahkan membuat buku dalam bentuk puisi esai.

Satrio menanggapi kontroversi tentang lahirnya angkatan baru dalam puisi Indonesia telah menjadi pemberitaan media akhir-akhir ini.

Kontroversi pada Januari 2018 itu, yang tampaknya akan terus berlanjut, dipicu oleh momen akan terbitnya 34 buku puisi esai di 34 provinsi seluruh Indonesia.

Berita Rekomendasi

Karya-karya itu ditulis oleh 170 penyair, penulis, aktivis, peneliti, dan jurnalis dari Aceh hingga Papua. Ini spektrum yang luas dan cukup representatif.

Pro-kontra lahirnya angkatan baru dalam puisi Indonesia ini benar-benar gegap gempita. Rencana penerbitan 34 buku puisi esai itu ditentang oleh ratusan penyair dan sastrawan.

Mereka membuat petisi penolakan terhadap program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional, yang digagas oleh Denny Januar Ali (Denny JA).

Petisi itu dikabarkan sudah didukung 549 orang. Pihak yang menolak ini menuduh program puisi esai tersebut telah membuat “penggelapan sejarah, pembodohan, pengeliruan definisi-definisi ilmiah, dan segala praktik manipulatif lain dalam kesusastraan Indonesia.”

Bagi Satrio, ini era demokrasi. Orang bebas berkarya dan membuat klaim. Biarlah publik yang menilai.

Namun menurut Satrio, Angkatan puisi esai sudah melakukan apa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebanyak 170 penulis dan penyair dari 34 provinsi membuat sebanyak 34 buku serial puisi esai soal jeritan batin Indonesia.

"Ini bagi saya bukan hanya kegiatan membuat buku tapi tonggak budaya, yang hanya mungkin dihasilkan oleh generasi yang gemilang."

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas