Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
10 Jam Bersama Panglima TNI Menyusuri Kepulauan Terluar
Saya bersama Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang serta anggota Komisi III Ahmad Sahroni turut dalam rombongan tersebut
Editor: Rachmat Hidayat
Sebanyak 20 prajurit TNI terdiri dari 10 anggota Korps Marinir dan 10 prajurit Raider berjaga disana dengan sigap siaga. Prajurit TNI menyambut Panglima TNI laksana ayah kandung mereka. Tak segan mereka melemparkan berbagai curhatan.
Tidak hanya prajurit, warga setempat juga ikut menyampaikan keluhan mulai dari sulitnya air bersih, listrik PLN yang hanya bisa dinikmati di malam hari, sampai susahnya sinyal telepon seluler. Air bersih hanya digunakan untuk keperluan makan dan masak. Sedangkan untuk mandi menggunakan tadah air hujan. Tak hujan, berarti tak mandi.
Namun, satu hal yang menggembirakan hati. Walau mereka tinggal di perbatasan paling depan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, mereka rata-rata memiliki handphone pintar atau gadget. Tak heran jika selama acara “Panglima Mendengar Curhat Prajurit di Perbatasan”, mereka asyik ber-selfie ria. Tak ada muka murung meski serba kekurangan dibandingkan saudara-saudara mereka yang tinggal di pulau Jawa.
Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi Tanjung Datuk, Sepempeng dan Selat Lampa. Masih dengan menggunakan Helikopter EC-725. Saat bertemu dengan para prajurit disana, curhatan yang disampaikan tak jauh berbeda.
Panglima TNI menyimak dengan seksama curhatan anak buahnya. Panglima juga langsung meminta Aslog Laksamana Muda Bambang Naryono mencatat dan menindaklanjuti berbagai kebutuhan prajurit tersebut.
Dan Sayapun bersama ketua DPD RI Osman Sapta Odang yang ikut mendampingi Panglima TNI, juga memberikan perhatian penuh atas keluhan tersebut. Saya berjanji akan segera menindaklanjuti dengan kementerian terkait. DPR zaman now adalah lembaga yang responsif. Berbagai masalah yang ditemukan dilapangan akan segera diselesaikan melalui berbagai fungsi yang dimiliki DPR RI.
Dalam berbagai rapat kerja, Komisi I DPR RI selalu mendesak Kementerian Komunikasi dan Informatika, untuk gencar membangun infrastruktur telekomunikasi hingga ke pelosok wilayah Indonesia.
Sehingga tak ada lagi daerah tertinggal, terluar, terdepan di Indonesia yang sukar mendapatkan sinyal. Ternyata, dari hasil kunjungan masih ditemukan banyak blank spot di Kepulaun Natuna. Ini menjadi catatan serius dan koreksi bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Begitupun dengan masalah listrik. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam berbagai rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, menyampaikan rasio elektrifikasi per akhir Desember 2017 telah mencapai 94,91 persen.
Capaian tersebut melampaui target yang telah ditetapkan APBN 2017 sebesar 92,7 persen. Diharapkan, rasio ini terus ditingkatkan pada tahun 2018. Namun Faktanya dilapangan, belum sepenuhnya daerah terpencil dan perbatasan dialiri listrik 24 jam.
Pemerintah dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) harus memperluas akses ketenagalistrikan ke seluruh wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar wilayah Indonesia, tanpa terkecuali. Kita ingin listrik bisa dinikmati oleh siapapun dan dimanapun. Setidaknya sampai akhir periode pertama pemerintahan Presiden Jokowi, rasio elektrifikasi harus mampu mencapai 99 persen.
Menjelang matahari lengser ke arah barat, Kunjungan diakhiri dengan meninjau rumah sakit dan hanggar integratif TNI AU, AD, dan AL di Kepulauan Natuna. Fasilitas pembangunan pangkalan militer di Kepulauan Natuna bisa dikatakan hampir selesai. Diharapkan, tidak lama lagi pangkalan militer tersebut sudah bisa diresmikan. Selanjutnya, secara bertahap peralatan dan pasukan yang selama ini menumpuk di Pulau Jawa, bisa digerakan kesana.
Saya melihat kesungguhan Panglima TNI yang luar biasa untuk meningkatkan pembangunan dan penggunaan pangkalan militer di Kepulauan Natuna, bukan untuk menyiapkan perang maupun gagah-gagahan. Pembangunan harus menjadi babak baru dalam sistem pertahanan dan keamanan NKRI. Sehingga, bangsa Indonesia tidak dipandang sebelah mata dan semakin berdiri tegak diantara kekuatan militer negara lain.
Saya yakin ditengah derasnya semangat para prajurit dan semakin profesionalnya Tentara Nasional Indonesia dibawah komando Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, kekuatan militer kita akan terus semakin meningkat. Bukan hanya di tingkat ASEAN, tapi saya percaya kekuatan militer kita akan terus semakin menjadi perhatian dunia internasional.