Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Ribut-Ribut Soal GBK Ganti Nama
Banyak pihak meributkan tentang rencana pengelola Gelora Bung Karno ingin mengganti nama salah satu venue nya.
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: M. Nigara
SEPERTI disambar petir di siang bolong. Itu kesan pertama saya ketika mendengar banyak pihak meributkan tentang rencana pengelola Gelora Bung Karno ingin mengganti nama salah satu venue nya.
Tapi, keterkejutan saya tidak berlangsung lama. Keterkejutan saya berubah jadi senyum. Mengapa?
Saya merasa lucu membaca komentar-komentar yang berlebihan dari mereks yang sesungguhnya kurang paham.
Bayangkan mereka yang merasa terganggu itu tidak paham perbedaan GBK, Stadion, dan Istora. Semangatnya sih oke juga ingin menjaga kelestarian barang bersejarah, tapi faktanya kurang tepat.
Yang disebut GBK (Gelora Bung Karno) atau tepatnya ada embel-embel PPK (Pusat Pengelolaan Komplek) adalah lahan seluas 279,1 hektar yang menempati bekas empat kampung: Bendongan Oedik, Bendoengan, Senajan, Grogol Selatan. Di atasnya berdiri sepuluh venue besar:
1. Stadion Utama 2. Istora 3. Tenis court 4. Tenis indoor 5. Stadion Madya 6. Hall Basket 7. Lapangan panahan 8. Kolam renang 9. Lapangan Golf 10.Perkampungan atlet
Lalu yang di sebut stadion atau tepatnya Stadion Utana GBK dan diganti di era Pak Harto menjadi stadion utama Gelora Senayan.
Dan kembali ke nama semula di era Gus Dur, adalah venue utamanya untuk sepakbola dan atletik. Di bawah stadion banyak venue turunannya: Angkat besi, Anggar, Tinju, Squash, dan Billiard.
Istora atau Istana Olahraga adalah venue yang biasa dipergunakan untuk bulutangkis, tunju, dan lain-lain. Letaknya di sebelah Timur stadion atau di depan Parkir Timur bagian Selatan.
Lucu
Untuk itu, saya merasa lucu karena orang mengaduknya menjadi satu. GBK dijual Stadion berganti nama, tapi ujungnya Istora. Hal ini sungguh membuat saya tersenyum.
Lalu yang berikutnya, saya juga merasa ada kelucuan lain ketika menyimak kata dijual. Padahal setelah dicermati yang dimaksud hanya branding name atau penyertaan nama sponsor pada venue dalam hal ini Istora bukan stadion dan bukan GBK.
Di tahun pertama saya menjadi direksi PPK-GBK tahun 2009-2010, ada dua bank nasional dan multi nasional yang tertarik mem_branding_ stadion. Namun, Mensesneg waktu itu juga mengatakan tidak boleh karena saya dianggap akan menghilangkan sejarah.
![Baca WhatsApp Tribunnews](https://asset-1.tstatic.net/img/wa_channel.png)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.