Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Maknai Agama Sebagai Alat Pemersatu Antar Umat untuk Mewujudkan Perdamaian
Siti Musdah Mulia, MA, meminta kepada masyarakat untuk dapat memaknai agama sebagai alat pemersatu antar umat untuk mewujudkan perdamaian
Editor: Toni Bramantoro
“Tidak ada itu larangan mengucapkan natal atau mengucapkan selamat galungan atau kuningan. Itu hanya ungkapan kasih sayang kita kepada sesama umat manusia, Ungkapan kasih sayang itu sebagai tanda bahwa kita respek terhadap orang lain, kita menghargai kepercayaan orang lain. Tidak ada urusannya dengan aqidah,” urainya.
Untuk itu dirinya meminta kepada seluruh masyarakat untuk belajar dan memahami agamanya dengan benar. Karena kalau tidak memahami agamanya dengan benar tentunya orang tersebut tidak dapat menghargai agama orang lain.
“Masyarakat jangan mudah terpancing, karena masyarakat perlu diperdalam pengetahuannya, sehingga di dalam hal apapun termasuk di dalam hal agama juga harus kritis dalam artian harus mikir terlebih dahulu sebelum mengikuti pandangan siapapun itu. Akal kritis itu harus dipakai, karena di dalam Al Quran diajarkan Iqro ayat pertama, ‘bacalah dan bacalah’. Artinya sebelum melakukan hal yang lain kita harus mencari pemahaman yang benar supaya kita tidak mudah terprovokasi untuk urusan-urusan yang seperti itu,” jelas Peraih Doktoral bidang Pemikiran Politik Islam di IAIN Syahid, Jakarta ini.
Untuk itu dirinya meminta kepada seluruh tokoh atau pemuka agama untuk mengajak para umatnya agar dapat menjadikan agama sebagai alat untuk merawat solidaritas kemanusiaan.
Karena sebagai tokoh agama harus dapat mendorong upaya-upaya persatuan dan kesatuan di seluruh umatnya. Dengan persatuan dan kesatuan itulah bangsa ini nantinya bisa mencapai kemajuan.
“Karena kalau tidak kita dapat terpecah pecah, berkonflik konflik yang akhirnya yang rugi kita sendiri, kita tidak maju-maju sehingga kita selalu menjadi negara yang terbelakang. Dengan modal persatuan dan kesatuan inilah yang membuat negara ini menjadi damai dan harmoni sehingga bisa membangun menuju cita-cita para pendiri bangsa ini,” paparnya.
Selain itu dirimya juga meminta kepada Pemerintah untuk bertindak tegas, berdiri netral dan bersikap adil terhadap pihak-pihak atau kelompok yang berupaya memecah belah masyarakat dengan megatasnamakan agama.
Pemerintah harus berdiri netral sebagai wasit dan memberikan sanksi terhadap pihak-pihak yang melanggar aturan. Misalnya ada orang yang ceramahnya menjelek-jelekan agama atau kelompok lain maka harus diberikan sanksi. Tidak boleh karena mayoritas maka harus ditolongin, tidak bisa seperti itu,” katanya.