Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Apa Persamaan Singapura dan Lombok? Ini Penjelasan Letjen Doni
Atas arahan presiden SBY, Octavian bertanya ke Kolonel Doni apa masih punya stock bibit pohon trembesi.
Editor: Hasanudin Aco
Tak terasa hampir sepuluh tahun kemudian, pagi ini Maret 2019 jalanan sepanjang bandara Lombok kini rindang dan teduh dengan pemandangan trembesi.
Kisah serupa ditahun yang berbeda, sebagaimana yang dilansir Businessmirror Dr Lena Chan, Direktur Pusat Keanekaragaman Hayati Singapura, mengungkapkan pada 16 Juni 1963, Lee Kuan Yew memulai mengkampanyekan penanaman aneka jenis pohon di Singapura.
Tepatnya pada tahun 1967, PM Lee fokus menggunakan tanaman pohon trembesi sebagai pelindung di sepanjang tol dari Changi Airport ke pusat kota. Atas hal ini, Lee disebut-sebut sebagai bapak penghijauan Singapura.
Baca: Tangis Gading Marten Pecah Nyanyikan 'Pergilah Kasih', Penonton Mendadak Heboh
Nah, sampai di sini teka teki Doni akhirnya terjawab. Jalanan di Bandara Praya Lombok dan Bandara Changi Singapore sama sama hijau dan rindang oleh barisan pohon trembesi.
Bahan Parfum Hermes
Di sela sela kunjungan kerjanya di Lombok, Doni kembali mengungkapkan satu hal yang tak banyak diketahui orang banyak. Tentu masih tentang pohon. Pohon, selain menjaga alam sebagai paru paru bumi, juga memiliki nilai ekonomi yang mencengangkan.
Doni memperlihatkan biang minyak hasil sulingan daun dan kulit kayu dari pohon Masohi yang kebetulan dibawa oleh Halim seorang kenalannya di komunitas pecinta pohon. Dahulu kala pohon masohi ini tumbuh di Pulau Seram Maluku Tengah. "Tapi sekarang sudah habis ditebangin semua, tapi masih bisa kita temukan di wilayah Papua," ujar Halim.
Halim yang kini menekuni pembibitan pohon masohi telah berhasil menanam kembali pohon spektakuler tersebut di wilayah Lombok Timur. Setidaknya ada 3.700 pohon usia menjelang dua tahun. Masa panen daun dan kulit kayu tiap pohon sekitar 7 tahun. Daun dan kulit kayu masohi tersebut melewati proses penyulingan hingga menghasilkan biang cairan minyak. Itulah yang disebut minyak masohi.
Lalu apa istimewanya secara ekonomi daun dan kulit pohon masohi? Ternyata inilah bahan utama pembuatan parfum merek Hermes yang terkenal itu. Harga per kg hasil sulingannya berkisar 300 sampai 500 USD.
Halim mengaku permintaan pembeli sangat tinggi, terutama dari negara Swiss. Saat ini Halim baru mampu melayani sekitar 400 kg per tahun. "Padahal pembeli meminta sampai 100 ton per tahun, " kisah Halim yang diaminkan Doni. Doni sendiri mengistilahkannya Proyek Emas Hijau -- semacam harta karun dari hasil menanam pohon yang ujungnya mensejahterahkan rakyat.
Halim juga menanam tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.) semacam semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang juga beken dengan sebutan minyak nilam. Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli (dari bahasa Tamil patchai (hijau) dan ellai (daun), karena minyaknya disuling dari daun
Saat ini ada 80 hektar tanaman nilam di Lombok Timur dan 20 hektar di Pusuk Lombok Barat. Tanaman nilam ini bisa dipanen pada 7 bulan pertama. Harga minyak nilam saat ini sekitar 35 USD per kg untuk bahan dasar pewangi dan dupa. Jika anda pengguna merek Molto, Lux dan Lifebuoy maka itu berasal dari tanaman nilam.
Nah tahukah anda apa arti nilam itu? Doni kemudian dengan fasih menyingkap tabir kisahnya. Tanaman nilam dikenal berasal dari Aceh. Nilam sendiri memiliki kepanjangan arti: Netherlands Indische Land ook Acheh Maatzcappij nama sebuah perusahaan dari Belanda ketika itu.
Doni dengan jabatan barunya sebagai kepala BNPB, bergerak gesit memasukkan penaman pohon tersebut sebagai bagian dari mitigasi bencana -- tentu diikuti upaya upaya konkret lainnya.