Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Nadiem, yang Muda yang Amanah
Yang muda yang diberi amanah. Yang muda yang diharapkan dapat mengemban amanah.
Editor: Hasanudin Aco
Oleh: Dr Wisnu S Dewobroto
TRIBUNNEWS.COM - Yang muda yang diberi amanah. Yang muda yang diharapkan dapat mengemban amanah.
Itulah yang terjadi dengan Nadiem Anwar Makarim, anak muda berusia 35 tahun, pendiri dan chief executive officer (CEO) Gojek, yang pada Rabu (23/10/2019) lalu dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Tokoh-tokoh muda lainnya yang diberi amanah Presiden Jokowi masuk ke dalam Kabinet Indonesia Maju, kelanjutan dari Kabinet Kerja, adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir (49 tahun), Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) Bahlil Lahadalia (33), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio (49) dan wakilnya Angela Hary Tanoesoedibjo (32), serta Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga (34).
Sebelum memilih menteri dari kawula muda itu mungkin Presiden Jokowi terngiang akan ungkapan Bung Karno, "Beri aku sepuluh pemuda maka aku akan mengguncang dunia."
Dengan amanah yang besar itu, sudah sepatutnya bila para pemuda itu mengimbanginya dengan performa atau kinerja serta integritas yang tinggi. Selain kreatif, inovatif, dan produktif, para tokoh muda yang diberi amanah sebagai menteri dan wakil menteri atau kepala badan itu tidak boleh koruptif.
Hal pertama yang diamanatkan Presiden Jokowi saat mengumumkan nama-nama menteri itu ialah agar para pembantunya itu tidak korupsi.
Selain terinspirasi ungkapan Bung Karno, pengangkatan Nadiem Makarim sebagai Mendikbud adalah karena Presiden Jokowi sebagai seorang inovator pastinya lebih memilih menteri yang juga punya karakteristik yang sama dan sebangun dengan dirinya.
Karakter anak muda yang selalu berinovasi, berorientasi kepada tindakan dan belajar dari kesalahan yang sudah menjadi suatu kebiasaan.
Nadiem adalah "game changer" (pengubah permainan). Sebab itu, setelah program-program di Kemendikbud tidak banyak berubah selama puluhan tahun, kini saatnya Nadiem diterjunkan untuk bisa melakukan perubahan dengan cepat seperti dia mendobrak perusahaan beraset besar (Gojek) yang tidak membutuhkan waktu lama.
Nadiem sebagai entrepreneur tentu berpikir visioner. Dengan kondisi yang tidak menentu (VUCA), Gojek mampu beradaptasi dengan cepat.
Diharapkan Nadiem yang paham benar apa yang akan terjadi di masa depan akan membuat program yang memperkecil "gap" (kesenjangan) antara dunia pendidikan dan dunia kerja, atau link and match, sebagaimana diamanatkan pertama kali oleh Presiden Jokowi saat mengumumkan Nadiem sebagai Mendikbud.
Pun, Nadiem yang juga menguasai teknologi masa depan diharapkan dapat mengatasi kesenjangan sumber daya yang terjadi di setiap daerah.
Ditambah lagi kebutuhan evaluasi edukasi Indonesia dengan "tracer study" yang tepat dan akurat, dengan adanya teknologi memungkinkan ia untuk membuat keputusan dengan cepat dan tepat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.