Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Reputasi Sukmawati Soekarnoputri dan Image Restoration Theory
Bagus juga menyimak dari sisi strategi public relations, manajemen reputasi, dan upaya-upaya pemulihan citra seperti apa yang dilakukan Sukmawati
Editor: Malvyandie Haryadi
Oleh : Budi Purnomo Karjodihardjo
praktisi media & komunikasi
TRIBUNNERS - Berangkat dari relung hati masuk ke dalam pikiran, kemudian diimplementasikan dalam perbuatan dan diucapkan dengan kata-kata yang didengarkan banyak orang. Itulah yang dinamakan komunikasi.
Komunikasi dari internal yang kita lakukan sendiri, bisa memberikan output yang benar, tapi bisa juga salah. Itulah yang disebut kesalahan komunikasi dari internal diri sendiri.
Meskipun salah, sepanjang konten yang dikomunikasikan tidak mengandung unsur yang sensitif dan tidak menyinggung perasaan pihak lain, tentu tidak masalah.
Kesalahan yang datangnya dari eksternal pun sulit . Jadi, apapun konten yang dikomunikasikan (entah itu benar atau merasa benar, apalagi salah) pasti akan dipersoalkan oleh pihak eksternal.
Komunikatornya pun bisa beragam, umumnya datang dari opinion leader dari pihak ketiga pihak yang kontra. Biasanya ini terkait dengan persoalan masalah persaingan, baik itu persaingan usaha, kontestasi politik, maupun persoalan hukum, dan urusan umat yang sensitif.
Baca: Nyaris Tak Ada yang Bela Sukmawati, Putri Proklamator Soekarno, Tante Puan Maharani, Ini Respon PBNU
PIDATO SUKMAWATI
Adalah pidato Sukmawati Soekarnoputri dalam kegiatan yang bertema 'Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Terorisme' pada Senin (11/11/2019) yang membuat kontroversi dan berbuah laporan polisi.
Awalnya Sukmawati berbicara tentang perjuangan Indonesia merebut kemerdekaan RI dari jajahan Belanda. Kegiatan itu sendiri dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November 2019. Sukmawati kemudian melontarkan pertanyaan kepada forum.
"Sekarang saya mau tanya semua, yang berjuang di abad 20 itu Yang Mulia Nabi Muhammad apa Ir Sukarno, untuk kemerdekaan? Saya minta jawaban, silakan siapa yang mau jawab berdiri, jawab pertanyaan Ibu ini," tanya Sukmawati seperti dalam video yang viral.
Rupanya, ucapan Sukmawati itu dinilai sebuah penistaan terhadap agama. PihakKoordinator Bela Islam (Korlabi) meminta polisi segera mengusut laporan tersebut karena dituding membandingkan Nabi Muhammad SAW dengan Sukarno.
Laporan kepada polisi sangat serius, karena sudah dilaporkan resmi dan tertuang dalam nomor LP/7363/XI/2019/PMJ/Dit.Reskrimum, tanggal 15 November 2019.
Tentu saja pidato Sukmawati itu kini menuai badai. Sejumlah tokoh nasional sudah meminta Sukmawati untuk mempertanggungjawabkan ucapannya. Apalagi tokoh-tokoh islam lengkap dengan atribut organisasi masanya juga mempersoalkan ucapan Sukmawati.
Saya tidak perlu nembahas kontroversi ini dari sisi berita karena diperkirakan masalah ini akan bergulir panjang ke depan, mengingat isu sensitif yang dilontarkan Sukmawati ini bukan yang pertama kali.