Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Kalau Bukan Tikus, Jangan Takut Kucing

Alhasil, kalau memang bukan "tikus" maka jangan takut dengan "kucing", baik kucing hitam atau pun kucing putih.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kalau Bukan Tikus, Jangan Takut Kucing
Ist/Tribunnews.com
Sumaryoto Padmodiningrat. 

Mengapa mereka enggan, apakah rencana masuknya Ahok ke BUMN akan mengusik kenyamanan dan kepentingan mereka?

Kalau memang Ahok dikonotasikan sebagai "kucing" yang akan menerkam "tikus", kalau memang merasa bukan "tikus", mengapa harus enggan atau bahkan takut akan kehadiran "kucing"?

Sudah bukan rahasia lagi bahwa kinerja dan karakter pegawai BUMN dikonotasikan 11-12 dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Aparatur Sipil Negara (ASN) yang terlanjur happy dengan kenyamanan dan kemapanan, serta sedikit anti terhadap perubahan dan pembaruan.

Kedua, kita juga menangkap kesan yang menolak Ahok adalah mereka yang kurang ramah terhadap kebinekaan atau pluralisme, meski hal itu tak terungkap secara eksplisit. Mereka seolah menjadikan Ahok sebagai musuh bersama atau common enemy sepanjang hayat dikandung badan.

Di sisi lain, ada kalanya pegawai justru menjadi "beban" negara atau BUMN.

Simak saja pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahwa 70% Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) digunakan untuk belanja atau gaji pegawai. Di pusat pun gambarannya mungkin tak terlalu jauh.

Itulah kira-kira yang melatari Presiden Joko Widodo untuk melakukan pemangkasan pejabat eselon 1 dan eselon 2 yang langsung dilaksanakan Menteri BUMN Erick Thohir. Kini banyak pejabat di kementerian dan BUMN deg-degan.

Berita Rekomendasi

Ada pula ketika BUMN merugi, para pejabat di level direksi dan manajemennya tetap mendapatkan tantiem atau bonus. Logika bisnis semacam apakah itu? Logika normalnya, kalau perusahaan merugi, pegawai tak dapat bonus.

Bila Ahok masuk BUMN, mungkin ia bisa diharapkan membenahi semua itu.

Lantas, adakah hak mereka menolak Ahok? Bukankah pemegang saham mayoritas BUMN-BUMN itu adalah pemerintah? Ketika pemerintah hendak menempatkan seseorang di sebuah BUMN, apa hak mereka untuk menolak?

Itulah pertanyaan yang harus kita renungkan. Prinsipnya, kalau memang bukan "tikus", jangan pernah rakut terhadap kehadiran "kucing". Apalagi terkadang ada tikus yang justru dapat mengalahkan kucing.

Dr Drs H Sumaryoto Padmodiningrat MM: Mantan Anggota DPR RI.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas