Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Orang Kaya Bermental Miskin
"Sesusah apa pun, orang miskin tidak boleh mencuri. Berbeda dengan orang kaya. Sebab hukum diciptakan untuk orang kaya."
Editor: Hasanudin Aco
Di Jakarta ada fenomena martabak lebih penting ketimbang martabat. Sebaliknya di desa. Ini terjadi karena mungkin kehidupan di kota telah sedemikian kerasnya.
Itulah fenomena paradoksal di kota dan di desa yang membutuhkan penelitian lebih lanjut dari para pakar.
Hanya saja, kaya atau miskin sebenarnya terletak pada mentalitas. Dikutip dari berbagai sumber, orang bermental miskin menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi gengsi dan gaya hidup. Mereka tak ragu membelanjakan uangnya untuk membeli barang-barang mewah dan bermerek hanya untuk terlihat ‘wah’ dan borjuis.
Sementara orang bermental kaya tidak peduli akan hal tersebut. Mereka membelanjakan uang untuk hal-hal yang benar-benar menjadi kebutuhan, sehingga bisa menyisihkan penghasilan yang akan semakin menambah pundi-pundi kekayaan mereka.
Orang bermental kaya membeli fungsi, orang bermental miskin membeli gengsi.
Saat membeli barang, orang bermental kaya akan lebih mengutamakan fungsi daripada gengsi. Mereka lebih memilih untuk membeli barang yang tidak terlalu mewah namun awet dan berkualitas daripada harus membeli barang bermerek yang harganya melebihi kualitasnya.
Sebaliknya, orang bermental miskin tidak terlalu peduli dengan fungsi karena lebih mengutamakan gengsi. Asal terlihat keren dan ‘wah’, barang mahal pun tetap dibeli.
Alhasil, sambil melancarkan seruputan pamungkas atas kopi yang masih tersisa, tulisan ini pun diakhiri dengan ucapan terima kasih kepada istri, karena di tanggal yang sudah tak muda lagi ini, si cantik itu masih sanggup menyuguhkan secangkir kopi beserta sepiring pisang kepok goreng yang bagi kami tergolong mewah.
Istriku pun bergumam, kaya atau miskin memang soal mentalitas.
Karyudi Sutajah Putra: Pegiat Media, Tinggal di Jakarta.