Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mengingat Pesan Gus Solah, Pelajarilah Sesuatu yang Tak Bisa Dilakukan Komputer
menghadapi era yang sudah serba digital dimana banyak pekerjaan manusia diambil alih mesin komputer sehingga mulai banyak terjadi pengurangan tenaga
Penulis: Husein Sanusi
Mengingat Pesan Gus Solah, Pelajarilah Sesuatu yang Tak Bisa Dilakukan Komputer
Catatan Wartawan Tribunnews.com: Muhammad Husain Sanusi
21 Oktober 2019 lalu, saya diundang ke Pesantren Putri Al Mawaddah, Ponorogo, Jawa Timur, untuk menjadi saksi penyerahan wakaf pesantren Pimpinan KH Hasan Abdullah Sahal.
Tak disangka hadir KH Salahudin Wahid atau biasa disebut Gus Solah yang ternyata juga menjadi saksi penyerawahan wakaf Pesantren Al Mawaddah yang telah resmi diwakafkan ke ummat.
Sebelum penandatanganan wakaf tersebut, Gus Solah menyampaikan sambutan di depan keluarga besar Al-Mawaddah. Dalam sambutannya, Gus Solah menyampaikan fakta-fakta tentang dunia pesantren dan apa yang harus dilakukan di era yang sudah serba digital ini.
Yang paling saya ingat dari pesan Gus Solah, menghadapi era yang sudah serba digital dimana banyak pekerjaan manusia diambil alih mesin komputer sehingga mulai banyak terjadi pengurangan tenaga manusia.
Gus Sholah kemudian meminta santri dan santriwati yang sedang belajar di pesantren untuk mempelajari sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh komputer. “Pelajarilah keahlian yang tidak bisa dilakukan oleh komputer,” kata Gus Sholah.
Gus Sholah seolah ingin menegaskan secanggih apapun produk teknologi tetap saja ada batasannya. Soal rasa dan humanisme misalnya, adalah sesuatu yang tak mungkin bisa dijangkau oleh komputer.
Mendengarkan ceramah-ceramah Gus Solah tidak akan pernah bosan, samudera keilmuan beliau begitu luas dan teristimewa, beliau selalu mengutarakan masalah keummatan.
Gus Solah sangat memahami dunia pesantren meski dalam riwayatnya beliau adalah alumni ITB. Gus Solah sangat mendorong kemandirian pesantren melalui sistem perwakafan.
“Di Amerika ada endowment fund mereka mengembangkan sekolah dengan meniru sistem wakaf, mereka belajar sistem wakaf dari Al Azhar, Mesir. Itu terjadi sudah 600 tahunan silam,” kata beliau.
Menurut Gus Solah, Pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di indonesia, ada pesantren Al Kahfi di Kebumen didirikan pada tahun 1475, selain itu Pesantren Sidogiri juga pesantren tua berdiri pada 1740.
Dunia pesantren bagi Gus Solah adalah lembaga pendidikan pertama di Indonesia “Sedangkan pendidikan nasional cikal bakalnya adalah pendidikan Belanda yang baru ada pada tahun 1940,” kata Gus Solah.
Jadi pesantren itu lebih dulu 100 tahun dari Pendidikan Umum yang ada di Indonesia. “Pesantren itu lintas jaman, dan pendidikan di dunia itu tua tua,” kata Gus Solah.