Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners

Tribunners / Citizen Journalism

Gus Aguk, Sastrawan-Budayawan dari Nahdliyin Paling Moncer

KH Aguk Irawan atau Gus Aguk adalah seorang sastrawan dan budayawan dengan segudang prestasi yang lahir dari rahim Nahdliyin.

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Gus Aguk, Sastrawan-Budayawan dari Nahdliyin Paling Moncer
Facebook Aguk Irawan
KH Aguk Irawan atau Gus Aguk. 

Gus Aguk, Sastrawan-Budayawan dari Nahdliyin Paling Moncer

Oleh KH. Imam Jazuli Lc., MA

TRIBUNNEWS.COM - Dr. KH. Aguk Irawan MN, Lc., MA atau Gus Aguk, begitu ia biasa dipanggil adalah salah satu kiai-muda potensial dari Nahdlatul Ulama (NU) yang patut dijadikan inspirasi bagi generasi muda (melenial). Budayawan dengan segudang karya dan prestasi ini lahir di Lamongan 1 April 1979. Pendidikan dasarnya diselesaikan di kampungnya, Kalipang, Sugio Lamongan.

Lalu, tingkat menengah di SMP Sunan Drajat, kemudian melanjutkan ke Pondok Pesantren Darul Ulum, Langitan, Widang, Tuban. Selama di Pondok itu, ia mendapat bimbingan langsung dari KH. Abdul Wahid Zuhdi dan KH. Ahmad Wahib, juga secara tidak langsung mendapat bimbingan dari KH. Muhammad Marzuqi dan KH. Abdullah Faqih. Kepada dua kiai kharismatik itu ia ngaji bandongan setiap pagi.

Selain di pesantren salafiyah, Gus Aguk juga meneruskan sekolah di Madrasalah Aliyah Negeri Babat. Di tempat ini ia pernah belajar teater dan menulis puisi pada guru bahasa Indonesianya, yaitu seorang penyair yang cukup terkenal di Lamongan; Pringgo. Kemudian ia melanjutkan kuliah di Al-Azhar University Cairo, jurusan aqidah dan Filsafat, atas beasiswa majelis a’la al-islamiyah. Lalu meneruskan jenjang berikutnya di Institut Agama Islam al-Aqidah Jakarta, dan UIN Sunan Kalijaga, sampai jenjang doktoral (2017), keduanya atas beasiswa Kemenag RI.

Selama menjadi mahasiswa di Mesir, selain ia dikenal sebagai penulis produktif, juga aktivis mahasiswa pada banyak organisasi. Tahun 2000 ketika penulis paripurna menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa Faultas Ushuluddin Al-Azhar (PPMI), ia terpilih secara aklamasi menggantikan posisi penulis. Selain itu ia aktif di Kelompok Studi Walisongo, Sanggar Seni Kinanah, PCINU dan lain sebagainya.

Ia pernah memenangkan lomba karya tulis tingkat Mahasiswa di Kairo, yang diadakan oleh KBRI bekerjasama dengan Bulletin Terobosan, dan mendapat anugrah Bakhtiar Ali Award, atas artikelnya “Menghayati Soempah Pemoeda untuk Kita”, sebagai pemenang pertama dalam rangka peringatan hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2000.

BERITA TERKAIT

Selain itu, ia juga banyak menerjemahkan karya sastra Arab dan buku keislaman. Bila ditelusur pada laman PERPUSNAS, karya terjemahannya ada puluhan. Selain di media mahasiswa, sejak mahasiswa ia juga sangat produktif menulis diberbagai situs internet surat kabar Nasional, diantaranya di Majalah sastra Horison, Kompas, Jawa Pos dan lain sebagainya. Selain itu, beberapa komunitas seni sering memberinya kesempatan dan kepercayaan menjadi Dewan Juri bertaraf Nasional, diantaranya adalah salah seorang Dewan Juri Khatulistiwa Literary Award (2007).

Majalah sastra Horison Edisi XXXXI, Nomer 12/2006, memuat tulisan edisi pengarang muda Yogyakarta, dan ia dinobatkan salah satu dari tujuh sastrawan yang dipilih Majalah tersebut, dengan katagori sastawan muda berkarakter. Lalu penghargaan lainnya, diantaranya sebagai Penulis Fiksi Terbaik 2007, dari Grafindo Khazanah Ilmu. Pesantren Award, 2016, sebagai penulis novel terproduktif dari Pesantren Bina Insan Mulia dan Asosiasi Pesantran Salafiah Cirebon. Nominasi novel terbaik Islamic Book Fair 2018, dan lain sebagainya.

Buku fiksinya yang sudah terbit sudah 62 buah novel, beberapa diantaranya yang fenomenal adalah sang penakluk badai- nobel Biografi Mbah Hasyim Asy'ari (Global Media,2010), Haji Backpacker sebuah Novel (M-Book, 2013), Air Mata Tuhan (Imania, 2014), Patah Hati yang Terindah (Dolphin, 2015). Peci Miring, Novel Biografi Gus Dur (Dolphin, 2015) Kartini, Kisah yang Tersembunyi (Dolphin, 2016), Sang Mujtahid Islam Nusantara, Novel Biografi KH.Wahid Hasyim (Imania, 2016), Titip Rindu ke Tanah Suci (Republika, 2017), Senandung Bisu (Republika, 2018), Sosrokartono (Imania, 2018), dan Surat Cinta dari Bidadari Surga (Republika, 2020).

Dari sekian banyak karya novelnya itu, sebagian besar sudah dikontrak untuk divisulkan ke layar lebar oleh Starvision, Falcon Picture, Gentah Buana, Tujuh Bintang Cinema, Leo Picture dan Soraya Intercine Film. Dua diantaranya yang sudah tayang dan booming adalah film Haji Backpacker dan Air Mata Surga. Meski dengan prestasi itu, pembawaan Gus Aguk ini tetap kalem, ketika diundang sebagai pembicara baik di Pesantren, organisasi mahasiswa maupun Kampus, ia memposisikan dirinya sebagai santri biasa.

Pada tahun 2009 awal, pria santai ini mendirikan pesantren kreatif Baitul Kilmah, sebagai ladang jihad literasi untuk mencetak kader-kader muda penerus budaya literasi.
Gratis tanpa dipungut biayanya. Menariknya bagi calon santri-mahasiswa yang ingin bergabung, diberi ketentuan harus siap hidup mandiri dengan menulis atau wirausaha.

Dari pesantren yang terletak di daerah terpencil, Pajangan Bantul ini, lahir beberapa nama penerjemah dan penulis produktif, diantaranya Imam Nawawi, Muhammad Muhibuddin, A. Zainuddin, Wildan Nurrohmadlon, Moh. Irfan, Ahmad Rozi, John Afifi, Ja’far Musadad, Ali Adhim, Fuad Bawazir, Ahmad Sobirin, Abdul Aziz dan lain sebagainya.

Selain santri-santri Baitul Kilmah menulis atau menerjemah secara individu, ada juga karya bersama yang fenomenal, lahir dari Baitul Kilmah. Beberapa karya terjemahan berjilid karya pesantren ini yang perlu disebut diantaranya adalah, Kitab Karamatul Auliya’ karya Syaikh Yusuf bin Ismail Nabhani, 4 jilid. Kitab Tafsir al-Jilani, karya Syaikh Abdul al-Qadir Jaelani, 5 jilid. Kitab Hadits Shahih al-Lu’lu’ wa al-Marjan, karya Muhammad Fuad Abdul Baqi, 4 jilid.

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas