Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
New Normal, Budaya Malu, dan Berita Nyesek Slavoj Žižek
Janji Jokowi untuk mengadakan test masif terhadap virus ini sulit ditepati karena biaya yang dikeluarkan sangatlah besar.
Editor: Sri Juliati
Depresi tidak menyelesaikan masalah, apalagi menganggapnya hanya mimpi buruk yang berakhir saat kita buang.
If you are chronically down, it is a lifelong fight to keep from sinking, ujar Elizabeth Lee Wurtzel.
Penulis Amerika ini sangat paham apa artinya depresi karena mengalaminya sendiri. Meski begitu, dia bertempur agar tidak hancur dan gugur.
Kelima, acceptance. Inilah langkah terakhir saat kita tidak lagi mampu berpikir.
Saat seorang yang dikejar musuh terdesak ke tembok tebal dan tinggi, tindakan rasional adalah melawan habis-habisan atau menyerah dengan harapan diberi pengampunan.
Bukankah saat ini ungkapan berdamai dengan korona makin sering kita dengar?
Inilah tatanan baru yang terus-menerus didengungkan pemerintah.
Untuk apa? Paling tidak ada dua alasan, yaitu agar kita terbiasa dan akhirnya melakukannya.
Kalau Nggak Bisa Mikir Jangan Nyinyir
Pernah dengar kalimat ini?
Ungkapan itu kalau dipikir-pikir, juga merupakan ketidakmampuan kita untuk ikut dalam barisan pemecah masalah dan justru menambah beban yang di atas.
Siapa yang di atas? Bisa pemerintah sampai Tuhan.
Bukankah ada yang menyalahkan Sang Pencipta dengan ungkapan: Mengapa Tuhan membiarkan virus mematikan ini merajalela?
Di satu sisi, tiba-tiba saja dunia dipenuhi para pakar yang semua merasa paling pintar memberikan pencerahan.