Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Malik Fadjar, Sumur Tanpa Dasar Taman Laut Tanpa Tepi

Dan ternyata itulah ngaji terakhir saya kepada beliau. Sugeng kundur, Pak Malik. Semoga husnul khatimah. Amin

Editor: Achmad Subechi
zoom-in Malik Fadjar, Sumur Tanpa Dasar Taman Laut Tanpa Tepi
Kompas.com
Malik Fadjar. 

Ngaji politik ke beliau itu kita diajak ke relung inti untuk belajar kedalaman politik. Substansinya. Mengungkap misterisnya.

Para dalang politik yang menentukan obah mosiking politik itu memberada di relung tersebut. Karena politik itu sering kali yang ada di dalam itu berbeda dengan yang ada di permukaan.

Mengapa beliau tidak mau masuk partai politik? Karena tidak mau bergerak di permukaan. Yang sering kali bergerak mengikuti kehendak porosnya.

“Kalau mau main politik itu jangan di becek-beceknya, Dik. Cuma gelepot lumpur. Jangan di pingiran. Harus di tengah, di pusat pergerakan,” kata Beliau menjelang Pilpres 2019.

MENGANGKAT MUTIARA

Saya menjadi santri beliau sejak sekitar tahun 1983-1984. Pada waktu itu saya masih mahasiswa. Lebih intensif ketika saya sudah menjadi wartawan Kompas tahun 1984.

Tempat ngajinya di rumah beliau di sebuah gang di Kampung Pandean, Kota Malang. Menurut Kepala Biro Kompas Jatim Max Margono, rumah itu terlalu sederhana untuk seorang rektor yang juga sebagai Direktur Jenderal Binbaga Kementerian Agama.

BERITA REKOMENDASI

Rumah inilah yang sertifikatnya diagunkan di bank untuk cari dana pembangunan UMM.

Biasanya ngajinya malam hari. Terkadang sampai subuh. Sering kali saya tidur di padepokan itu juga. Sampai saya sudah dianggap keluarga sendiri.

Dan saya sangat bangga menjadi bagian keluarga beliau. Sebuah keluarga sederhana yang mesra.

Rumah itu seperti padepokan. Dindingnya ada hiasan semar. Biasanya saya ngaji sendirian, kadang dengan orang lain.

Biasanya saya dipanggil untuk ikut diskusi jika beliau kedatangan tamu istimewa seperti Ketua PP Muhammadiyah Pak KH AR Fachruddin, Cak Nur alias Dr Nurcholish Madjid, Buya Syafi’i Ma’arif, Mas Djohan Effendy, menteri era Presiden Gus Dur, Romo Jansen dan banyak lagi.


Tamu seperti Pak AR, Cak Nur, Buya Syafi’i itu memilih bermalam di rumah Pak Malik daripada di hotel.

Saya berpandangan Pak Malik itu laksana mutiara yang masih tertimbun lumpur. Sebagai wartawan saya memiliki peluang untuk mengangkat mutiara tersebut.

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas