Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Napak Tilas Jejak Perang Pasifik di Kepulauan Biak-Numfor

Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo mengunjungi Biak-Numfor, sempat napak tilas jejak sejarah perang Pasifik di Papua dan Jenderal McArthur.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Napak Tilas Jejak Perang Pasifik di Kepulauan Biak-Numfor
TRIBUN/SETPRES/AGUS SUPARTO
Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Ketua Gugus Tugas Nasional Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo (kanan) saat meninjau progres penanganan Covid-19 di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Rabu (10/6/2020). Presiden mengunjungi Kantor Gugus Tugas Nasional Covid-19 yang berada di BNPB guna memantau penanganan COVID-19 pada masa new normal. TRIBUNNEWS/SETPRES/AGUS SUPARTO 

Pemerintah AS menganugerahi pangkat jenderal besar (dengan lima bintang melingkar di pundak) kepada MacArthur.

Sejumlah daerah di Indonesia sempat disinggahinya, antara lain Morotai dan Biak. Di Pulau Morotai, kepulauan Halmahera, Maluku Utara bahkan berdiri megah patung MacArthur setinggi 20 meter.

Di Biak, Papua, nama MacArthur juga terpancang, pasca kemenangan gilang-gemilang atas pasukan Jepang melalui pertempuran hebat .

Sebelum Morotai, Papua termasuk daerah yang lebih dulu diduduki. Pada 22 April 1944, MacArthur dan stafnya mendarat di Jayapura, setelah sekitar pantai diamankan.

Kegembiraan perebutan kota penting di Papua dari tangan serdadu Jepang itu dirayakan dengan es krim soda. Sebulan kemudian, tepatnya 27 Mei 1944, pasukan Sekutu merangsek Biak.

Pertempuran hebat terjadi di Biak, dan berujung pada bertekuk-lututnya Dai Nippon awal Juni, melalui serangan masif yang dilancarkan dari Pulau Owi.

Pulau cantik di gugus kepulauan Padaido itu hingga hari ini masih menyisakan banyak peninggalan Perang Dunia II. Termasuk bangkai kapal perang di perairan Biak, yang acap jadi objek wisata menyelam (diving).

Berita Rekomendasi

Sekian dulu kisah perang Biak. Kembali ke kegiatan Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo di Kabupaten Biak Numfor, Papua.

Kapal Express Bahari dan Diaspora Bugis

Kapal Motor di Biak
Kapal Motor Express Bahari yang ditumpangi Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo sandar di sebuah dermaga di Kepulauan Biak Numfor pekan lalu.

Pagi itu, Kamis (8/10/2020) kapal motor Express Bahari 99 sudah siap di Pelabuhan Biak. Perlahan kapal membelah ombak tipis di tengah hujan gerimis. Angin sepoi pagi menyapu sebagian wajah rombongan.

Menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam, melintasi gugus kepulauan Padaido. Ketika melintas di pulau Owi, pulau bersejarah, kapal melambat, tapi tidak merapat.

Dari atas kapal, kita bisa melihat dengan jelas pulau yang sempat menjadi basis tempur pasukan MacArthur menggempur Jepang yang bertahan di gua-gua pertahanan.

Kapal cepat KM Express Bahari 99 milik PT Belibis Papua Mandiri ini sehari-hari menjadi salah satu sarana transportasi angkutan laut yang melayani pelayaran Waropen-Biak maupun Waropen -Serui.

Dari awak kapal, saya mendapat info kapal itu milik seorang pengusaha Bugis, asal Siwa Kabupaten Wajo Sulsel, kampung orang tua saya.

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas