Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Di masa Pandemi Covid-19 Usaha di Bidang Katering dan Pernikahan Nyaris Tidak Berjalan
Di masa pandemi Covid-19 ini, usaha di bidang katering dan pernikahan nyaris tidak berjalan sama sekali
Editor: Toni Bramantoro
JASA CATERING & Wedding Services menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Sejatinya yang ingin melaksanakan pernikahan atau kegiatan sejenisnya.
Namun di masa pandemi Covid-19 ini, usaha di bidang katering dan pernikahan tersebut nyaris tidak berjalan sama sekali.
Para pelaku atau penggiat jasa katering & pernikahan tunduk pada aturan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menghindari penyebaran Covid-19.
Demikian juga yang dialami oleh Nendia Primarasa. Ini, salah satu perusahaan jasa katering & pernikahan besar di Jakarta. Nendia Primarasa ikut terpukul. Betapa tidak! Sebelum pandemi, Nendia Primarasa saat Sabtu dan Minggu bisa melayani pesanan antara 10 sampai 15 kegiatan.
Namun, itu tak lagi mereka peroleh pada sembilan bulan terakhir, saat Covid-19 menerjang kesemuanya. Maka, Nendia Primarasa pun harus menerima kenyataan.
Jasa Catering & Wedding Services diakui pemilik Nendia Primarasa, H. Heru Pujihartono termasuk yang paling menderita. Hantaman Covid-19 ini benar-benar membuat kami prihatin. Terpaksa pihaknya harus menghitung ulang kesemuanya.
Sebagaimana elemen bisnis lainnya, pandemi Covid-19 yang mendera sejak pertengahan Maret itu sangat dirasakan dampaknya oleh Nendia Primarasa. Selama hampir sembilan bulan terakhir ini nyaris tak ada even atau kegiatan yang digelar oleh Nendia Primarasa.
Nendia Primarasa, yang sudah dikenal selama belasan tahun, beralamat di jalan Bina Harapan, nomor 38 A, Duren Tiga, Pancoran Jakarta-Selatan.
Saat ini pemerintah, khususnya Pemprov DKI Jakarta, memberikan "kelonggaran" pada dunia usaha dalam Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) yang diterapkan. Kendati demikian, guna mengeliminasi bahkan memutus mata rantai penyebaran Covid-19, tetap diberlakukan protokol kesehatan (prokes) yang ketat.
Heru Pujihartono menjelaskan, menggelar rangkaian acara pernikahan di gedung atau hotel kini memang sudah diperbolehkan. Akan tetapi, tetap harus memenuhi sejumlah persyaratan. Salah satunya, dibatasi hanya maksimal 25 persen dari kapasitas.
Fasilitas tersebut diakui Heru juga sudah lolos dari verifikasi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pemprov DKI Jakarta.
"Mereka juga yang mempersiapkan instrumen protokol kesehatannya. Kita ini sebagai penyelenggara harus bekerja sama dengan penyedia tempat. Siapa saja boleh menggunakan jasa Nendia Primarasa. Boleh memesan apa saja. Namun, soal tempat, tergantung pengelola. Mereka juga yang bertanggung jawab untuk penerapan protokol kesehatannya," jelas H. Heru, yang mendirikan Nendia Primarasa bersama istri, Resti.
Optimistis di 2021
"Terkapar" di hampir sepanjang tahun 2020 ini, sejatinya dalam sembilan bulan terakhir, H.Heru dan Resti Nendia menatap situasi yang lebih baik di tahun 2021.
Saat-saat menyedihkan akan segera berlalu. Mereka terus membesarkan harapan. "Kami harus tetap optimistis. Sebentar lagi pergantian tahun. Insya Allah, 2021 akan cerah," ungkap penyuka sepak bola itu.
Dia memang enggan bicara soal "kehilangannya" di masa pandemi Covid-19 ini. Yang lebih diutamakannya adalah bagaimana ia tetap merawat klien-klien setianya. Menjalin komunikasi dengan mereka.
Ini juga selaras dengan tagline yang diusung Nendia Primarasa, "Tradisi Membahagiakan".
Merawat kebersamaan dan persaudaraan itu juga yang dilakukan Heru dan Resti kepada para karyawan mereka. Oleh karena itu, walau dihajar pandemi, mereka tetap mempertahankan seluruh karyawannya.
"Kami bertanggung-jawab atas nasib mereka, para karyawan setia. Sebagian kami pekerjakan dari rumah (work from home). Tetapi, kami sebisa mungkin rutin mengadakan pertemuan, walau kadang virtual," papar H.Heru
Mereka juga tetap mengupayakan "test food" secara rutin. Ini cara ampuh sebagai pengganti dari melakukan sosialisasi atau perkenalan diri dengan berpartisipasi di berbagai pameran.
Sebelum pandemi Nendia Primarasa bisa berpartisipasi di sebanyak 5-6 pameran setiap tahunnya.
Di masa sebelum pandemi Nendia Primarasa juga punya catatan menarik terkait kliennya. Dalam satu tahun Nendia Primarasa mampu menggaet sebanyak 600 klien. Dengan kata lain, menggelar 600 even atau resepsi pernikahan.
"Untuk tahun 2020 ini sebenarnya akan ada 300 even. Namun sebagian besar kini ditangguhkan,.atau dialihkan ke 2021," cerita H.Heru.
Kata H.Heru, klien-klien yang mengunakan jasa Nendia Primarasa rata-rata sudah melunasi pembayarannya. Walaupun acaranya baru akan dilaksanakan tahun depan.
“Kalau mereka reschedule apa pun kondisinya, diharga mau naik, kita tetap tanggung jawab. Gedung juga seperti itu. Bagi klien yang sudah memesan, bila ada kenaikan, tidak akan dikenakan biaya kenaikan untuk tahun depan,” tegas H.Heru.
Untuk kegiatan di luar yang mengundang kehadiran banyak orang, penerapan prokes wajib diutamakan.
Mereka wajib mengikuti SOP dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Memberlakukan 3 M. Memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
"Setelah tamu masuk ke dalam ruangan kita juga sudah mempersiapkan kursi yang sudah berjarak. Begitu pula ketika mengambil makan, para tamu tidak diperbolehkan, sebab para waiter sudah mempersiapkan masing-masing kepada tamu," jelas H.Heru.
Untuk penerapan tata tertib prokes itu, seluruh kru Nendia Primarasa sudah memberlakukannya dengan sangat baik.
“Beberapa kali kegiatan Nendia Primarasa diapresiasi, misalnya beberapa waktu lalu di TMII,” papar H.Heru.
Selamat berjuang, Nendia Primarasa!