Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Aceh dan Sumut Butuh Pionir: Solusi Permanen Banjir Bandang di Indonesia
Tidak ada parade, tidak ada upacara, tapi hari itu semua peralatan batalyon dikeluarkan dari kandangnya.
Editor: Malvyandie Haryadi
Investor yang dengan susah payah ia tarik pun menderita kerugian, dan terancam hengkang.
Ia sungguh-sungguh meminta perhatian pemerintah pusat untuk memberikan solusi permanen atas musibah berulang di daerahnya.
Jika tidak, maka sia-sia saja semua usaha menyejahterakan rakyat melalui aneka program pembangunan selama ini.
Laporan bernada sama disampaikan perwakilan Kabupaten Deli Serdang. Problem banjir dari tahun ke tahun selalu sama, yakni meluapnya Sungai Padang.
Sementara, penyelesaian masalah sungai dari hulu hingga hilir, begitu rumit dan melibatkan banyak institusi dan lembaga pemerintah. Lintas kementerian, lintas badan.
Gubernur Edy Rachmayadi menggarisbawahi laporan walikota dan bupati.
Satu kalimat yang kemudian meluncur dari Gubernur Edy adalah, “Saya melihat sepak terjang pak Doni di Citarum. Saya memantau terus perkembangan Citarum. Bisakan Pak Doni membawa program itu ke Sungai Padang?”
Role Model Citarum
Pada kesempatan itu, Doni pun memutar slide paparan kurang lebih 10 menit. Isinya adalah program Citarum Harum.
Ia mengawali kisah dengan berita duka wafatnya Kolonel CKM Is Prijadi, Sp.OG sebagai salah satu orang yang punya jasa besar terhadap program yang ia gulirkan saat menjabat Pangdam III/Siliwangi (2017-2018).
Is Prijadi, dalam kapasitas sebagai Ka Kesdam saat itu, ditugasi Doni meneliti tingkat pencemaran yang ada di Citarum. Sungai yang saat itu mendapat predikat “terkotor di dunia”. Apa boleh buat, hasil penelitian serta uji lab memang menunjukkan hal itu.
Semua limbah dan unsur-unsur bakteri berbahaya ada di Citarum. Mulai dari merkuri, e-coli, pseudomonas aeruginosa, dan lain-lain.
Volume tinja manusia yang masuk ke Sungai Citarum adalah 35,5 ton per hari. Sementara, kotoran ternak yang masuk ke Citarum 56 ton per hari.
Bagaimana dengan sampah? Tak kurang dari 20,462 ton sampah per hari masuk ke sungai Citarum. Dari jumlah itu, sebanyak 71 persen tidak terangkut.