Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Memahami Puncak maqāmāt Sufi: Ittihad, Hulul, Wahdat Al-Wujud, Wushul dan Insan Al-Kamil
Bagi kaum Sufi itu dapat terjadi dengan melalui beberapa jalan yang panjang dan berliku, yang cukup melelahkan
Editor: Husein Sanusi
Jadi dalam ittihad yang dilihat satu wujud, sedang dalam hulul ada dua wujud tetapi bersatu dalam satu tubuh. Dalam teorinya tentang wujud, Ibnu Arabi mempercayai terjadinya emanasi, yaitu Allah menampakkan segala sesuatu dari wujud ilmu menjadi wujud materi. Filosofi dari ketiga konsep di atas (ittihad, hulul, dan wahdat al-wujud) adalah bahwa Allah ingin melihat diri-Nya di luar dirii-Nya. Sehingga dijadikan-Nya alam ini yang merupakan cermin bagi Allah dikala ingin melihat diri-Nya.
Titik-Temu
Meski secara konsepsi ada sedikit perbedaan dari para sufi terkemuka diatas, namun, pada intinya semua itu menuju pada satu tujuan utama yaitu mendekatkan diri kepada Allah (Taqarrub ila Allah). Dasar konsep mereka mengacu pada beberapa ayat al-Qur’an dan hadis Nabi saw., antara lain Q.S. al-Baqarah 186.
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Adapun landasan dari hadis Nabi saw., antara lain hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari berikut.
عمر بن حفص حدثنا أبي حدثنا الأعمش سمعت أبا صالح عن حدثناأبي هريرة رضي ﷲ عنه قال: قال النبي صلى ﷲ عليه و سلم ) يقول أنا عند ظن عبدي بي وأنا معه إذا ذكرني فإن ذكرني في ﷲ تعالى ذكرته في نفسي وإن ذكرني في ملأ ذكرته في ملأ خير منهم نفسه إلي شبرا تقربت إليه ذراعا وإن تقرب إلي ذراعا تقربت وإن تقربإليه باعا وإن أتاني يمشي أتيته هرولة
"Umar bin Hafs telah menceritakan kepada kami, Bapakku telah menceritakan kepada kami, al-A’masy telah menceritkakan kepada kami, saya mendengar Aba Shalih, dari Abi Hurairah, dari Nabi saw., beliau bersabda:
"Allah Ta’ala berfirman Aku sebagaimana persangkaan hambaKu, dan Aku selalu bersamanya jika ia mengingatKu, maka apabila ia mengingatKu dalam dirinya, maka Aku pun mengingatnya dalam diriKu dan apabila ia mengingatKu dalam perkumpulan maka Aku mengingatnya dalam perkumpulan lebih baik dari mereka.
Jika ia mendekatkan diri kepadaKu sejengkal, maka Aku akan mendekatkan diri kepadanya sehasta, dan jika ia mendekatkan kepadaKu sehasta maka Aku akan mendekatkan diri kepadanya sedepa, dan jika ia mendatangiku dalam keadaan berjalan, maka Aku mendatanginya dalam keadaan berlari." (Muhammad bin Ismail bin Abu Abdillah al-Bukhari al-Ja’fi, Al-Jami’ al-Shahih, hal. 2694).
Memang dalam perspektif tasawuf, kesempurnaan manusia terletak pada bagaimana maqam kedekataanya dengan Allah. Sehingga pada posisi dekat ini manusia memperoleh hubungan langsung dengan Allah sehingga ia menyadari benar bahwa dirinya berada pada tajaliyatNya. (Abdul Karim Al-Jilli, Insan Al-Kamil, jilid II, hal. 77).
Terakhir, menurut Hazrat Inayat Khan, tingkatan puncak yang dialami para sufi tersebut, ia mengibaratkan seperti cangkir kosong ketika menghadap Allah, mereka belajar atas semua peristiwa yang ia alami di dunia ini. Mereka tidak memikirkan apapun selain Allah, dengan begitu cangkir kosong itu akan diisi oleh Allah dengan caranya sendiri, dan di kehidupan dunianya dia bisa membuktikan dirinya menjadi inspirator, seperti ilmuwan, pendidik, negarawan, pebisnis dan apapun yang memiliki kualitas yang handal lantaran cahaya yang telah memancar dariNya. (Hazrat, The Inner Life, hal. 7, 50). Wallahu'alam bishawab.
*Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon.
Daftar Pustaka
Al-Ghazâlî, Al-Munqidz min al-Dhalâl, Kairo: Silsilat al-Tsaqafat al-Islâmiyah, 1961