Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Bagaimana Orang Masih Hidup Sudah Memikirkan Kematian?
Saya mendukung organ donor itu dilaksanakan saat pendonor sudah meninggal, bukan saat pendonor masih hidup.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Kejadian ini masih saya baca dan dengar lewat fenomena sosial yang ada di negara berkembang.
Orang tidak lagi memikirkan masalah nurani kemanusiaan melainkan donor organ dijadikan kesempatan komersial hanya karena tuntutan hidup.
Kesempatan kejahatan kemanusiaan seperti penjualan organ pun masih saya dengar ketika sekelompok atau seseorang mampu melakukan berbagai cara yang membahayakan untuk mendapatkan organ yang mendesak.
Contoh lainnya soal kasus antrian donor organ yang juga disalahgunakan. Kuasa uang bisa menentukan siapa penerima organ donor, bukan lagi didasarkan atas rasa kemanusiaan dan daftar antrian.
Contoh seperti ini saya dengar biasa terjadi hanya karena uang menjadi landasan dasar donor organ. Ini yang sudah sepatutnya dihindari.
Oleh karena itu, saya berharap adanya informasi yang benar dan prosedur yang tepat di Indonesia tentang donor organ sehingga menghindari penyalahgunaan donor organ.
Bisa jadi perlu ada lembaga yang berwenang dan regulasi yang tepat yang selama ini tidak saya ketahui di Indonesia bilamana ada seseorang yang bersedia menyumbangkan donornya saat meninggal nanti.
Saya mendukung organ donor itu dilaksanakan saat pendonor sudah meninggal, bukan saat pendonor masih hidup.
Bagi saya, donor organ itu dilandasi atas keputusan hati nurani seseorang. Tidak ada paksaan atau iming-iming uang yang menjanjikan sehingga semua murni atas dasar solidaritas kemanusiaan.
Atas dasar kemanusiaan donor organ bisa dilakukan pada pendonor dan penerima organ yang masih ada hubungan darah.
Hal ini masih berlaku anggapan penerima organ merasa percaya pada organ yang diperolehnya. Kenyataannya, belum tentu ada kecocokan organ juga meski masih terjadi pertalian darah.
Bagi saya, organ donor tidak lagi dikaitkan kepada siapa organ ini akan saya sumbangkan.
Saya lebih sependapat tidak ada identitas atau anonim antara keduanya, baik pendonor maupun penerima organ sepanjang keduanya memiliki kecocokan organ dan sesuai dengan prosedur kesehatan.
Bagaimana pun nurani kemanusiaan itu dilakukan pada siapa saja tanpa melihat hubungan kekerabatan dan identitas sosial.