Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Bedah Buku #FitTyaAriesTya dan Posisi Pergizi Pangan Indonesia
Pengurus Pergizi Pangan Indonesia yang menguasai disiplin Pangan, Gizi, Dietetik dan Kesehatan memandang perlu untuk disampaikan
Editor: Toni Bramantoro
Berat badan yang turun tersebut sekitar 65-75% adalah dari cadangan lemak dan selebihnya adalah air dan masa tubuh tanpa lemak yang terlarut.
Menerapkan diet ini tidak mudah, karena memerlukan disiplin, ketekunan dan sanggup menerima efek samping serta didampingi professional medis, gizi dan olahraga, bahkan kadang perlu psikolog. Selamat buat Tya yang semoga masih OK sampai sekarang. Biaya diet dan suplemen bisa murah tapi biaya tenaga professional tentu tidak murah atau tidak semua bisa menjangkau, kecuali pertemanan.
Karena itu mencegah obesitas lebih baik daripada mengendalikan bila obesitas sudah terjadi. Ada banyak cara mencegah dan mengendalikan lemak tubuh, tapi tidak ada satu cara yang paling sehat untuk semua orang. Menurut saya kelemahan pernyataan yang tertulis dibuku ini ada dua, dan tidak benar, yaitu pernyataan “…kalau sayur bisa menghambat penurunan berat badan…” (halaman 41); dan pernyataan “… cara ini adalah cara paling sehat diantara banyak cara diet lainnya…” (halaman 75). Diharapkan pernyataan ini bisa dipertimbangkan untuk diralat oleh yang pemilik pernyataan dan pemilik tulisan sesuai bukti terkini yang kokoh, ungkap Prof Hardinsyah.
1. Kenapa PERGIZI PANGAN Indonesia Perlu Membuat Posisi?
Pergizi Pangan Indonesia sangat menghargai upaya Tya Ariestya (selanjutnya disebut Tya) menuliskan pengalaman dalam suatu buku menarik yang diberi judul The Journey of #FitTyaAriesTya (selanjutnya disebut #FitTyaAriesTya). Dengan adanya buku ini memudahkan siapapun untuk menelusuri, mengkonfirmasi simpang-siur informasi di media sosial, dan mempelajari apa yang perlu dipetik dari yang dilakukan Tya dibimbing professional tertentu.
Meskipun demikian Pengurus Pergizi Pangan Indonesia membaca ada dua pernyataan dalam buku ini yang mungkin sudah menyebar luas dan menyebabkan Pergizi Pangan Indonesia perlu membuat posisi ini. Pertama, pernyataan pada halaman 41 yaitu “…kalau sayur bisa menghambat penurunan berat badan…”. Kedua, pernyataan pada halaman 75 yaitu “… cara ini adalah cara paling sehat diantara banyak cara diet lainnya…”
2. Posisi Pergizi Pangan Indonesia tentang Konsumsi Sayuran.
Sayur merupakan salah satu jenis pangan dalam diet sehat. Keunggulan sayur dibanding kelompok pangan lainnya adalah rendah energi, tinggi serat dan potasium, serta banyak mengandung zat bioaktif bermaanfaat. Konsumsi sayur yang cukup dan aman dalam pola gizi seimbang tidak menyebabkan peningkatan berat badan, bahkan turut menurunkan berat badan.
Konsumsi sayur yang cukup dan aman juga turut mecegah obesitas, penyakit jantung koroner, diabetes tipe2 dan kanker tertentu yang kejadiannya semakin meningkat di Indonesia. Tidak ada bukti ilmiah bahwa mengonsumsi sayur mengganggu mikroba baik dalam tubuh. Mengonsumsi sayur menjadi sumber prebiotik atau ‘makanan’ bakteri baik sehingga meningkatkan pertumbuhan bakteri baik di usus.
Review yang dilakukan Swinburn BA et al (2004) menunjukkan bahwa konsumi pangan berserat, termasuk sayuran, menurunkan risiko obesitas pada level bukti sangat meyakinkan (convincing). Suatu studi dengan disain yang meyakinkan yaitu meta-analisis, memperkuat bukti ilmiah sebelumnya bahwa konsumsi sayur dan buah tidak meningkatkan berat badan, bahkan menurunkan berat badan dan memperlambat peningkatan berat badan (Mytton OT et la, 2014).
Studi kohort selama lima tahun di Tiongkok membuktikan bahwa konsumsi sayur dan buah tidak berefek pada peningkatan berat badan wanita, bahkan menurunkan berat badan pada pria (Yuan S et al , 2018). Studi meta-analisis terkini oleh Schlesinger S et al (2019) memberikan bukti yang kuat bahwa konsumsi sayur tidak meningkatkan berat badan bahkan menurunkan berat badan, meski dikonsumsi sampai 400 g/hari.
Sementara konsumsi buah bila melebihi 350 g/hari, dan konsumsi serealia bila melebihi 80g/hari meningkatkan berat badan (Gambar 1C dan 1A).
Bahkan berdasarkan tiga studi meta-analisis masing-masing oleh Carter P (2010), Li M et al (2014) dan Wang P-y et al (2016), membuktikan bahwa konsumsi sayuran hijau menurunkan risiko penyakit diabetes melitus tipe2. Juga dibuktikan melalui review dan studi meta-analisis bahwa sayuran hijau dan kubis-kubisan turut mencegah penyakit jantung coroner (Pollock R.L et al, 2016 dan Tang G-Y, 2017).
Semua organisasi pangan dan kesehatan tingkat dunia, dan semua Lembaga pemerintah, organisasi profesi dan kepakaran di bidang pangan, gizi dan kesehatan di Indonesia, selalu menganjurkan pentingnya makan sayur bagi kesehatan.