Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Bedah Buku #FitTyaAriesTya dan Posisi Pergizi Pangan Indonesia
Pengurus Pergizi Pangan Indonesia yang menguasai disiplin Pangan, Gizi, Dietetik dan Kesehatan memandang perlu untuk disampaikan
Editor: Toni Bramantoro
Saat ini Sebagian besar penduduk Indonesia belum cukup mengonsumsi sayur dan buah. Berdasarkan Riskesdas (2018) sejumlah 95.5% penduduk usia diatas usia lima tahun.
Konsumsi sayur dan buah penduduk Indonesia saat ini masih rendah yaitu 210 g/kapita/hari (BPS 2019), yang seharusnya untuk hidup sehat berdasarkan anjuran Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementrian Kesehatan RI adalah 400 g/kapita/hari, terdiri dari 250 g sayur dan 150 g buah.
Disadari bahwa ada orang yang tidak suka makan sayur, yang seharusnya dengan komitmen (niat) yang kuat disertai berbagai cara kuliner dan seni menikmati makanan dapat diatasi secara bertahap. Memperkenalkan citarasa sayur kepada anak haruslah dilakukan orangtua sejak anak usia dini.
Bahkan dianjurkan saat ibu masa hamil dan menyusui supaya mengonsumsi beragam sayur yang cukup dan aman. Sebaiknya bagi remaja dan orang dewasa yang tidak suka sayur diharapkan tidak melemahkan edukasi dan
pesan gizi tentang perlunya makan sayur sesuai anjuran Kementrian Kesehatan (Pesan ke-2 Gizi Seimbang, Permenkes Nomor 41 tahun 2014). Dikhawatirkan keberadaan informasi dari public figure atau influencer yang tidak sesuai teori dan bukti ilmiah serta regulasi tentang anjuran mengonsumsi sayur, akan merubah persepsi masyarakat terhadap program pemerintah dalam meningkatkan konsumsi sayur masyarakat.
1. Posisi PERGIZI PANGAN Indonesia tentang Cara Sehat Pengendalian Lemak Tubuh.
Tidak ada satu cara atau diet yang paling sehat untuk semua orang. Diet atau pola makan atau pola hidup sehat untuk pengendalian lemak tubuh orang yang obes bersifat unik atau personalize (individual). Disebut bersifat personalize karena ada potensi keunikan atau pembeda seseorang dengan orang lain dalam responnya terhadap diet.
Faktor yang mempengaruhi kelebihan lemak tubuh atau obesitas itu kompleks dan tidak hanya soal diet (makanan, minuman), olahraga dan tidur serta pengelolannya. Tetapi masih ada faktor lain seperti faktor genetik, kondisi awal komposisi tubuh, kondisi masa lalu misal pernah stunting atau obes, stres, keseimbangan hormon, enzim, fisiologi, inflamasi, probiotik, jenis kelamin, umur, polusi atau toksik, lingkungan, penyakit penyerta dan lain-lain beserta interaksinya dalam merespon dan direspon oleh makanan dan zat didalamnya.
Diet sangat rendah energi (Diet SRE) belum tentu cocok bagi semua orang obes. Juga belum tentu semua orang obes punya kemampuan yang sama dalam ketahanan merespon keluhan atau efek samping yang dihadapi dalam program Diet SRE seperti lapar, pusing, mual, lemas, konstipasi, kram dan potensi risiko terjadinya batu empedu, dan rambut gampang rontok setelah enam bulan. Studi meta analisis menunjukkan bahwa efek yoyo syndrome setelah sekian tahun dari Diet SRE tidak berbeda dengan efek diet rendah energi (Diet RE).
Jika seseorang yang obes perlu mengikuti Diet SRE, perlu asesmen persyaratan tertentu dan dibawah pengawasan tenaga profesional, agar minimal risiko. Di Amerika diet SRE tidak diperkenankan bagi anak dan remaja, bagi ibu hamil, ibu menyusui dan bagi mereka yang menyandang penyakit serius seperti kanker, gagal ginjal, jantung koroner, stroke dan gangguan psikologis serius.
Juga hanya dibolehkan bagi orang obes dengan kriteria tertentu missal IMT lebih dari 30, kelebihan berat badan minimal 30% atau pertimbangan lain. Calon klien bersedia bekerjasama dengan dokter, dietisien, nutrisionis olahraga dan bila perlu psikolog; perlu diases dan diagnose mencakup aspek medik, gizi, olahraga dan psikososial yang penting untuk pengaturan gaya hidup secara holistic, agar tidak terjadi yoyo syndrome. Artinya dibutuhkan komitmen klien dan semua pihak profesional yang terlibat.
Mempertimbangkan kejadian obesitas cenderung meningkat di Indonesia, dengan adanya posisi PERGIZI PANGAN Indonesia ini, diharapkan lembaga pemerintah yang berwenang di bidang Kesehatan dan organisasi professional kesehatan terkait perlu bekerjasama menyusun panduan asuhan gizi dan kesehatan holistik dalam pelayanan diet SRE yang evidence based.
Selain itu diharapkan posisi ini oleh media dan influencer sampai kepada masyarakat agar masyarakat lebih waspada dan cermat memilih cara mengendalikan komposisi tubuh dan hidup sehat sesuai keunikan permasalahannnya dan melakukan konsultasi terlebih dahulu kepada professional di bidangnya.