Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Membaca Road Maps Gus Yaqut Menuju Pilpres 2024
Gus Yaqut yang sekarang menjabat Menteri Agama adalah sosok yang patut diperhitungkan. Latar belakang dirinya sebagai Ketum GP Ansor adalah indikator
Editor: Husein Sanusi
Membaca Road Maps Gus Yaqut Menuju Pilpres 2024
Oleh: KH. Imam Jazuli, Lc., M.A.*
TRIBUNNEWS.COM - Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 nanti akan surplus representasi muda milenial. Tipologi mereka pun memenuhi keragaman kultur Indonesia, mulai dari nasionalis, religius, nasionalis-religius. Warga Nahdliyyin memiliki satu figur yang representatif jadi "jago".
Gus Yaqut yang sekarang menjabat Menteri Agama adalah sosok yang patut diperhitungkan. Latar belakang dirinya sebagai Ketum GP Ansor adalah indikator untuk mengukur basis massanya. Tinggal bagaimana Gus Yaqut terus bertahan dengan menunjukkan prestasi membanggakan di Kemenag.
Lebih luas lagi, Gus Yaqut adalah kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Mesin partai yang siap mendorong sudah ada. Walaupun keputusan akhir tetap menunggu rekomendasi dari Ketum, Muhaimin Iskandar (Cak Imin/Gus Ami).
Gus Ami adalah politisi ulung. Narasi politiknya tidak dapat dicerna begitu saja. Pada fenomena Pilpres 2019 lalu, Cak Imin mengkampanyekan diri menjadi Wakil Presiden. Hasilnya, PKB berhasil "mendelegasikan" KH. Ma'ruf Amin menjadi Wakil Presiden Jokowi.
Dengan kata lain, Gus Yaqut sebagai kader PKB hanya perlu menunggu manuver Gus Ami. Jika Gus Ami pada Pilpres 2024 nanti mendeklarasikan dirinya sebagai Calon Presiden maka peluang Gus Yaqut maju jadi Capres atau Cawapres semakin terbuka.
Gus Yaqut (Menag) dan Gus Ami (Ketum PKB) memiliki akar kultural yang sama, bagian penting dari jama'ah Nahdlatul Ulama (NU). Hanya saja, memang warga Nahdliyyin tidak seragam dan selalu terbagi ke beberapa ideologi politik, karena basis massanya selalu diperebutkan.
Selain itu, gelar "Gus" pada Yaqut Cholil Qoumas maupun Muhaimin Iskandar dapat dibaca secara kuantitatif. Setidaknya dengan menghitung kekuatan basis massa Komunitas Para Gus di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Kabar terbaru Gus Yaqut terakhir adalah tentang pemecatan Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Sukoso. Pemecatan itu mendapat apresiasi dari Direktur Eksekutif Indonesian Halal Watch Ikhsan Abdullah.
Kemenag dinilai serius membenahi administrasi yang memudahkan pengusaha mendapatkan sertifikasi halal. Presentasi Menag ini diyakini akan menjadi pintu gerbang bagi para pengusaha lokal bersaing di pentas global. Prestasi ini perlu dijaga hingga jelang Pilpres 2024 nanti.
Perang prestasi dan berlomba menjadi terbaik, dalam hal pengabdian pada bangsa dan negara, oleh Gus Yaqut membuatnya layak disandingkan dengan beberapa politisi senior lainnya. Sebut saja Puan Maharani dan Ganjar Pranowo dari PDI-P; atau Anies Baswedan, Sandiaga Uno, dan Ridwan Kamil dari kubu independen.
Nama-nama besar figur publik ini menjadi acuan bagi Gus Yaqut sendiri, sebagai representasi dari PKB maupun Nahdliyyin. Puan Maharani menjadikan DPR RI sebagai kendaraan pengabdiannya pada bangsa dan negara. Ganjar dan Anies menjadikan Jabatan Gubernur sebagai kendaraan pengabdian mereka. Sandiaga Uno menjadikan Kemenparekraf sebagai kendaraan.
Gus Yaqut pun difasilitasi Kemenag sebagai kendaraan untuk berbakti pada bangsa dan negara. Jika amanah ini berhasil dioptimalkan, sehingga menjadikannya setara dengan nama-nama besar lain, maka Pilpres 2024 adalah kesempatan baru; mendan pengabdian yang baru baginya.
Pembacaan ini menjadi sangat penting bagi warga Nahdliyyin, karena hingga detik ini belum muncul figur lain, yang pantas disiapkan menuju Pilpres berikutnya. Gus Yaqut masih berada di garis terdepan deretan nama yang layak sebagai representasi PKB dan NU. Wallahu a'lam bishawab.
*Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon