Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
BAZNAS, Harkitnas dan Amil sebagai Preferensi Profesi Generasi Milineal
Selain Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), pada bulan ini juga ada Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei.
Editor: Daryono
Ali bin Abi Thalib juga pernah dikirim ke Yaman untuk menjadi amil.
Menurut Syeikh Yusuf Al-Qaradhawi, Rasul SAW mengutus lebih dari 25 amil untuk misi pengumpulan dan pendistribusian zakat ke beberapa penjuru Jazirah Arab.
Barangkali, kini para pemuda demikianlah yang disebut amilin-amilat milenial yang semakin banyak direkrut OPZ.
Potensi besar generasi era digital ini, mengakibatkan banyak lembaga pengelola zakat menaruh perhatian terhadap mereka.
Kaum milenial didefinisikan cukup beragam, meski banyak kesepahaman terkait kriteris usia.
Yakni, mereka yang lahir antara tahun 1980-an-1990-an.
Bahkan, beberapa definisi menggariskan batasan sampai tahun 2000-an.
Semakin banyak anak-anak milenial menjadi amil tentu menjadi anugerah.
Namun OPZ yang masih mendefinisikan urusan SDM dengan konsep human resource (HR), akan kesulitan menghadapi generasi ini.
Paradigma pengelolaan mereka memang memaksa OPZ untuk menyesuaikan manajemen SDM dengan situasi terkini.
Yakni memperlakukan karyawan sebagai human capital yang otomatis menjadi aset dan penentu masa depan lembaga.
Sebagai agen perbaikan (agent of repair) dalam dunia perzakatan, amil milenial dituntut untuk terus berinovasi dan berprestasi agar dapat bersaing di era globalisasi.
Amil milenial harus mampu mengambil bagian dan menjadi pembaru dalam mengahadapi revolusi industri 4.0, di mana puncak industri Indonesia diprediksi akan terjadi pada 2030.
Amil milenial wajib tampil sebagai agent of repair di era disrupsi.