Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Pusdokkes Polri, Perapi dan Yayasan Smile Train Indonesia Lakukan Operasi Bibir Sumbing ke 750 Anak
Kegiatan bakti sosial ini dilakukan secara serentak di lebih dari 38 RS Bhayangkara di berbagai daerah di Indonesia.
Editor: Hasanudin Aco
Yaitu kondisi terdapatnya celah di antara rongga mulut dan rongga hidung akibat ketidaksempurnaan proses penyatuan bibir dan langit-langit pada masa perkembangan janin.
Kata dr. Irena, anak-anak dengan kondisi ini berpotensi mengalami komplikasi kesehatan, dan bahkan dapat membawa dampak negatif terhadap kehidupan sosial anak akibat stigma yang ada di masyarakat.
Anak-anak yang terlahir dengan kondisi bibir sumbing beresiko tinggi mengalami berbagai masalah kesehatan seperti kesulitan makan, bernapas, mendengar, berbicara, serta beresiko tinggi mengalami malnutrisi.
"Jika kondisi ini tidak segera ditangani, akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang dan kesehatan anak dalam jangka panjang," tandas Irena yang juga Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Indonesia (Perapi) DKI Jakarta.
Terakhir kata dr. Irena, bayi yang terlahir dengan bibir sumbing seharusnya sudah dioperasi sebelum menginjak usia 1 tahun. Sementara pada bayi penderita sumbing langit-langit, sebelum usia 2 tahun sudah harus diambil tindakan operasi.
Sementara itu Country Manager Smile Train Indonesia Deasy Larasati mengatakan, saat pandemi kegiatan operasi bibir sumbing gratis yang dilakukan oleh lembaganya sempat terhenti total selama enam bulan. Padahal sebelumnya lembaga nirlaba dunia ini selalu melakukan 600 operasi tiap bulan di Indonesia.
“Selama satu tahun terakhir, kita semua mengalami dampak pandemi. Termasuk kami di Smile Train Indonesia. Namun, kami tetap semangat untuk berupaya agar pasien-pasien kami mendapat pelayanan dan menjalani hidup dengan lebih baik," kata Deasy
Kata dia, walaupun sempat tertunda dan harus menunggu lebih lama karena pandemi. Yayasan Smile Train Indonesia bersyukur operasi gratis bibir sumbing ini dapat berjalan kembali melalui kerja sama dengan PUSDOKKES POLRI dan PERAPI.
"Kita jalan terus di tengah pandemi Covid-19 sesuai protokol kesehatan. Kami terus menggelar Bakti Sosial Operasi Bibir Sumbing dan Sumbing Langit-Langit disepanjang Juni 2021. Kami lakukan serentak di 38 RS Bhayangkara yang ada di berbagai daerah di Tanah Air. Bahkan kegiatan operasi bibir sumbing di masa pandemi ini tercatat sebagai yang terbanyak menjaring peserta sehingga membuat rekor baru menurut MURI," tukas Deasy.
Raih Rekor Terbanyak di Dunia
Kegiatan ini mendapatan perhatian khusus dari Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) sebagai jumlah operasi sumbing terbanyak.
Jusuf Ngadri dari Dewan MURI mengucapkan selamat kepada Smile Train Indonesia yang bekerja sama dengan Pusdokkes Polri dan Perapi yang memberikan layanan operasi sumbing gratis.
“Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) mengucapkan selamat kepada Smile Train Indonesia, Pusdokkes Polri, dan Perapo atas terpecahkannya rekor operasi sumbing terbanyak selama pandemi. Kami mengapresiasi dedikasi mulia Smile Train Indonesia, Pusdokkes Polri dan Perapi yang telah berupaya untuk membantu pasien sumbing di Indonesia, bahkan di masa yang mendatang ini. Semoga di masa depan, makin banyak masyarakat Indonesia yang terbantu, demi kesehatan dan kesejahteraan bangsa.“ ujarnya.
Selanjutnya Koordinator Nasional Bakti Sosial Operasi Bibir Sumbing dan Sumbing Langit-Langit Pusdokkes Polri, AKBP dr Huntal Napoleon SpBP-RE mengatakan, secara nasional kegiatan baksos berjalan sesuai rencana di 38 RS Bhayangkara se Indonesia.