Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Pemikiran Positif dan Solutif Bersandar pada Nilai-nilai Kebajikan
Saatnya kembali berpijak pada kebenaran nilai-nilai Tuhan sebagai dasar kita berlaku dan bersikap sebagai individu, bermasyarakat, berbangsa bernegara
Editor: Dewi Agustina
Apapun posisi dan kedudukan anda baik di pemerintah maupun swasta dan di tengah-tengah masyarakat maka bila anda sedang memiliki kewenangan dan kekuasaan maka kebijakannya akan
Memberikan rasa adil baik itu di bidang kehidupan ekonomi dan kehidupan sosial bermasyarakat untuk semua orang, bagi diri sendiri, dan bangsa serta negara tanpa pengecualian.
Memberikan kesempatan kepada semua orang untuk berusaha dan berkarya (keberpihakan).
Menyadari bahwa melakukan korupsi merupakan tindakan kejahatan luar biasa yakni pengkhianatan atas kepentingan hajat hidup orang banyak.
Kedua: Hukum berlaku adil untuk semua orang namun tidak berlaku sebaliknya yakni "tajam kepada (orang awam/bodoh, orang yang tidak mempunyai harta, orang yang tidak mempunyai akses kepada kekuasaan dan kekuatan) namun tumpul kepada pihak-pihak sebaliknya.
Ketiga: Pembangunan berkelanjutan yang mengedepankan keselamatan dan kesejahteraan nasib bangsa pada generasi selanjutnya untuk kehidupan di masa datang.
Keempat: Rasa kebersamaan dan gotong royong serta saling menasehati mengalahkan rasa ego, rasa menang sendiri, hasrat menguasai, hasrat serakah, tidak peduli, tidak disiplin, tidak patuh.
Kelima: Mengedepankan budaya terbuka dan transparan sebagai bukti pertanggungjawaban pada diri sendiri, orang lain sebagia sesama manusia dan bukti pertamggungjawaban kepada Tuhan yang maha mengetahui segala sesuatu yang di alam semesta ini
Keenam: Cukup sudah perbedaan pendapat dengan berbagai dalih berujung pada ketegangan, kerenggangan, terlebih bertujuan untuk memperuncing dikotomi baik disadari maupun tidak disadari.
Jadikan perbedaan pendapat menjadi "Rahmat" majelis perekat persaudaraan yang saling melengkapi menghasilkan pemikiran yang solutif dari permasalahan bangsa yang sedang dihadapi sehingga saling memperkuat bangsa ini untuk memperbaiki dirinya.
Ketujuh: Adanya Covid-19 dan musibah alam lainnya tidak cukupkah sebagai teguran atau peringatan kepada manusia atas segala tingkah polahnya di panggung kehidupan selama ini, mengapa kita tidak mengambil pelajaran hikmah dari peristiwa umat sebelum kita.
Sudah saatnya momentum ini untuk kita kembali berpijak pada kebenaran nilai-nilai Tuhan sebagai dasar kita berlaku dan bersikap sebagai individu, bermasyarakat dan berbangsa serta bernegara.
Kedelapan: Unzur ma qiila wa la tanzur man qoola, saya kira bisa juga kita pakai untuk menganalogikan sumber kebaikan yang berasal nun nauh disana yakni di Finlandia.
Dimana kesejahteraan dan perekonomiannya terbangun karena menggunakan azas gotong royong (kata kuncinya peduli dan mau melakukannya bersama-sama).